Berlin (ANTARA News) - Bendera kelompok ISIS buatan tangan ditemukan di kamar pengungsi asal Afghanistan yang menyerang penumpang kereta di Jerman selatan menggunakan kapak, kata pejabat tinggi negara bagian Selasa.

Meski demikian Menteri Dalam Negeri Bavaria Joachim Herrmann mengatakan bahwa masih terlalu awal untuk mengatakan pemuda Afghanistan itu anggota ISIS, yang mengklaim berada di balik serangan Prancis, atau anggota kelompok keras lain.

Remaja 17 tahun itu melukai empat penumpang kereta sebelum polisi menembaknya mati pada Senin malam, beberapa hari setelah pria asal Tunisia menabrakkan truk ke kerumunan orang di Nice, Prancis, dan menewaskan 84 orang.

Dia mulai menyerang para penumpang dengan sebuah kapak dan pisau saat kereta mendekati pemberhentian terakhirnya, kota Wuerzburg di Bavaria.

Remaja itu melarikan diri setelah menarik rem darurat dan kemudian dikejar oleh aparat dan ditembak mati saat dia mencoba menyerang petugas, kata pejabat.

Dua korban luka dalam serangan itu berada dalam keadaan gawat dan di antara korban yang terluka ada seorang warga China, kata Hermann tanpa memberikan perincian.

South China Morning Post mengatakan bahwa penumpang terluka itu berasal dari Hongkong.


Motif

Setidaknya ada satu saksi yang melaporkan bahwa penyerang yang tinggal dengan keluarga angkatnya di kota Ochsenfurt itu menyerukan "Allahu Akbar", kata Hermann kepada stasiun televisi ZDF.

"Semuanya harus disatukan untuk mencari apa dasarnya melakukan itu dan sejauh mana dia dapat disebut sebagai ekstremis, atau sejauh mana dia meradikalisasi dirinya sendiri dalam beberapa waktu belakangan," kata Hermann, "Kami mencari tiap bukti."

Herrmann mengatakan kepada radio Bayerischer Rundfunk dalam sebuah wawancara terpisah bahwa si penyerang datang ke Jerman sebagai anak di bawah umur tanpa pengawasan sekitar dua tahun lalu.

Tidak seperti negara tetangganya Prancis dan Belgia, Jerman belum pernah menjadi korban serangan besar dari kelompok garis keras dalam beberapa tahun belakangan meskipun pejabat keamanan mengatakan mereka berhasil menggagalkan sejumlah rencana penyerangan.

Jerman menerima sekitar satu juta pendatang pada 2015, termasuk ribuan anak di bawah umur tanpa pengawas. Banyak di antaranya lari dari perang di Suriah, Irak dan Afghanistan, demikian seperti dilansir kantor berita Reuters.(Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016