Kesatuan dan sentralitas ASEAN sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan regional dan menggali potensi kerja sama untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dan mencapai visi ASEAN 2025, khususnya dengan dinamika kawasan saat ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam sesi plenary Pertemuan Menlu ASEAN (Asean Ministerial Meeting/AMM) ke-49 di Vientiane, Laos menekankan bahwa sentralitas dan kesatuan merupakan kunci utama bagi ASEAN untuk menghadapi tantangan regional.

"Kesatuan dan sentralitas ASEAN sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan regional dan menggali potensi kerja sama untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dan mencapai visi ASEAN 2025, khususnya dengan dinamika kawasan saat ini," kata Menlu Retno, seperti disampaikan dalam keterangan pers dari Kemlu RI yang diterima di Jakarta, Senin.

Menlu RI menjelaskan bahwa hanya dengan negara-negara ASEAN yang bersatu, organisasi regional tersebut dapat terus berkontribusi terhadap stabiltas perdamaian dan keamanan kawasan.

Menurut dia, negara anggota ASEAN harus terus membangun sentralitas dan kesatuan agar dapat menikmati perdamaian dan stabilitas sebagai pondasi kemajuan ekonomi dan pembangunan, serta peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan untuk mencapai komunitas ASEAN yang beorientasi kepada masyarakat.

"Mata dunia sedang melihat ASEAN, ini merupakan momen penting bagi ASEAN untuk bicara, bertindak dan bergerak secara kohesif," ujar Menlu Retno.

Menlu RI juga menyampaikan perlunya negara anggota ASEAN untuk bekerjasama mengatasi ancaman keamanan non tradisional di perairan kawasan, seperti penangkapan ikan secara ilegal (IUU fishing), pembajakan, perdagangan dan penyeludupan manusia, dan perampokan bersenjata.

Dalam pertemuan itu, Retno menekankan bahwa Pemerintah Indonesia menyoroti adanya ancaman multi sektor dari "IUU fishing", yang tidak hanya berdampak negatif terhadap kesejahteraan ekonomi regional, namun juga merusak lingkungan dan mengganggu stabiltas dan keamanan kawasan.

"ASEAN perlu kerja sama konkret untuk mengatasi hal tersebut (IUU Fishing)," kata dia.

Salah satu langkah awal dari kerja sama untuk memberantas "IUU Fishing", menurut Menlu RI, adalah implementasi penuh kesepakatan untuk penguatan kerja sama maritim regional oleh negara-negara East Asia Summit (EAS) yang telah disetujui pada pertemuan EAS pada 2015.

Menlu RI juga menegaskan kembali pentingnya bagi ASEAN untuk segera memiliki kerangka regional untuk perlindungan dan promosi hak tenaga kerja migran melalui penyelesaian pembahasan "ASEAN Instrument on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers" dalam satu tahun ke depan.

"Keuntungan Komunitas ASEAN harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk sekitar 6,5 juta tenaga migran di ASEAN," ujar Retno.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016