Sana`a (ANTARA News) - Pada masa keemasan Islam yang dipimpin oleh tokoh-tokoh Muslim yang sebagian besar dari bangsa Arab, sumber ilmu pengetahuan hampir seluruhnya berasal dari timur (negeri Muslim). Barat yang masih dalam masa kegelapan kala itu belajar banyak ilmu dari Arab seperti kedokteran, ilmu aljabar, ilmu astronomi, kimia, fisika, politik, sosial, psikologi dan sejumlah disiplin ilmu lainnya. Apakah termasuk juga pendidikan seksual yang saat ini masih tabu dibicarakan secara terbuka di kalangan masyarakat Arab? Menurut DR Fauziah Al-Dare, pendidikan seksual berkualitas secara Islami berasal dari kawasan Arab yang kemudian juga dicontoh masyarakat Barat. "Pendidikan seksual juga dari Arab, seperti ilmu-ilmu lain layaknya aljabar dan kimia. Buktinya, Dewan Senat Inggris pernah melarang penerjemahan pendidikan seksual Arab ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1865," kata perempuan doktor spesialis pendidikan seksual asal Kuwait itu kepada TV Alarabiya, Dubai Jumat (30/3). Dalam paket acara "idha`at" (sorotan) yang disiarkan langsung setelah shalat Jumat itu, doktor tamatan Fakultas Ilmu Jiwa Jurusan Pendidikan Seksual di Universitas York, Inggris, tersebut menilai bahwa Islam adalah agama yang paling banyak mengupas tentang pendidikan seks. Paket acara TV Arabiya tersebut dikhususkan untuk mengupas berbagai isu yang menjadi sorotan publik Arab. "Pada tahun 1850, ditemukan sebuah buku bahasa Arab yang mengupas tentang seks di Prancis, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis," katanya lagi. DR. Fauziah yang membahas tentang pendidikan seks lewat paket tetapnya bertajuk "siratul hub" (biografi cinta) di TV Alraai, Kuwait menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat negaranya. Salah satu tema yang pernah dibahas dalam paket itu yang mendapat reaksi dari media massa setempat adalah tentang besar dan panjangnya alat vital laki-laki. Tapi, sang doktor tetap tidak bergeming, dan menilai apa yang disampaikannya masih sebatas koridor syariat Islam. Pakar seks Arab yang sekarang selalu memakai jilbab itu, yang menyelesaikan S2 di Amerika Serikat (AS), juga menjelaskan masa-masa studinya di negeri Paman Sam tersebut dan kehidupan pribadinya sebelum memakai jilbab. Tentang program "siratul hub" yang dibawakannya, ia menjelaskan bahwa bertujuan memberikan pemahaman kepada publik agar tidak terpengaruh iklan-iklan yang menyesatkan. "Saya melihat beberapa iklan di majalah tentang alat vital pria, karena itu saya perlu mengupasnya dalam salah satu tema program tersebut agar jelas bagi publik bahwa ukuran alat vital tidaklah sebagai ukuran kepuasan hubungan seksual," katanya. Fauziah menegaskan bahwa tema tentang alat vital itu merupakan yang paling sulit dibawakannya dalam paket program rutin biografi cinta. "Yang jelas, saya melihat publik semakin mengerti permasalahan ini," katanya lagi. Meskipun pengupasan tentang pendidikan seks secara terbuka di masyarakat Kuwait dan Arab umumnya masih tabu, namun ia menegaskan, akan tetap melanjutkan program rutinnya "siratul hub", karena keyakinan akan pentingnya pendidikan yang satu ini bagi publik Arab. (*)

Oleh
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007