Harare (ANTARA News) - Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, hari Jumat (30/3) mengakui bahwa sesama pemimpin Afrika-nya, Morgan Tsvangirai, telah dipukuli, tapi menegaskan bahwa pemimpin lawan itu pantas menerimanya. "Ya, saya memberitahu mereka bahwa dia dipukul, tapi memintanya," kata Mugabe kepada pendukungnya sekembalinya dari temu puncak kawasan di Tanzania. "Kami mendapat dukungan penuh, tidak satu pun mengecam tindakan kami," kata presiden veteran itu meneruskan. "Tidak ada negara di SADC (Masyarakat Pembangunan Afrika Selatan) bisa berdiri dan mengatakan Zimbabwe salah. SADC tidak melakukan itu, ia bukan pengadilan, tapi kelompok 14 negara, yang bekerjasama dan mendukung satu sama lain," katanya. Penahanan dan penyerangan Tsvangirai pada 11 Maret saat ia mencoba menghadiri unjukrasa melawan pemerintah secara luas dikutuk oleh Barat, tapi temu puncak SADC, yang bertujuan menanggapi kegawatan di Zimbabwe, berakhir dengan pernyataan kesetiakawanan pada pemerintah Mugabe, veteran berumur 83 tahun. Pemimpin Afrika hari Kamis menunjuk Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki memungkinkan pembicaraan antara Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dan penentangnya guna mengatasi kemelut semakin dalam di negara tersebut. Temu puncak khusus SADC itu juga mendesak Barat membatalkan hukuman terhadap pemerintah Mugabe dan menyeru Inggris menghormati janjinya mendanai reformasi tanah di negara bekas jajahannya itu. Presiden Tanzania Jakaya Kikwete, yang menjadi tuan rumah pertemuan itu di tengah peningkatan seruan Barat untuk mengambil garis keras terhadap pemerintah Mugabe, karena pemberangusan politik akhir-akhir ini, mengatakan, kelompok kawasan itu mendesak semua pihak dalam perselisihan tersebut mengendalikan diri. Temu puncak itu, yang dihadiri Mugabe dan Mbeki, memuaskan pemerintah Zimbabwe dengan mendorong tuntutan lama mereka bagi pencabutan semua hukuman terhadap negara itu. Amerika Serikat dan Eropa Bersatu memberlakukan hukuman "bersasaran" terhadap Mugabe dan lingkarannya setelah pemilihan umum, yang menurut lawan, dicurangi. Pemimpin Afrika bagian selatan itu juga menggemakan tuntutan, yang sering dilontarkan Mugabe, agar London memenuhi janjinya membantu mendanai reformasi tanah di Zimbabwe setelah negara itu merdeka pada 1980. Mugabe berulang kali menuduh Inggris ingkar janji dan pada 2000 meluncurkan upayanya dengan menyita tanah pertanian milik orang kulit putih, yang membuat Zimbabwe terjeblos ke dalam kemerosotan ekonomi dan politik. Polisi di Zimbabwe hari Rabu membebaskan pemimpin oposisi Morgan Tsvangirai beberapa jam sesudah diciduk di markas besar partainya, kata pejabat dari Gerakan untuk Perubahan Demokratik (MDC)-nya. Polisi menggerebek markas besar MDC di Harare tengah pada Rabu pagi, menangkap sejumlah tak diketahui pejabat partai dan karyawan kantor. Pemerintah menuduh Tsvangirai dan kelompoknya menolak ditangkap dan menuduh pendukung oposisi melakukan kampanye kekerasan untuk menggulingkan Mugabe dari kekuasaan. Itu kali kedua dalam kurang dari tiga minggu Tsvangirai ditangkap. Dia ditangkap pada 11 Maret bersama puluhan lain dari opsisi dan pegiat hak warga sewaktu berusaha menghadiri unjukrasa doa. Pemimpin oposisi Zimbabwe itu berikrar berjuang membebaskan negara itu dari Presiden Robert Mugabe, kendati menderita yang ia sebut akibat dipukul polisi. Saat memberikan penjelasan tentang yang terjadi, Tsvangirai menyebutkan cara ia dan sejumlah tokoh lain oposisi dan pemimpin kelompok masyarakat dipukuli di kantor polisi di kota Harare. Pejabat MDC menyatakan tulang tengkoraknya retak akibat tindakan kejam polisi, demikian AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007