Brussels (ANTARA News) - Para ahli dunia di bidang iklim berkumpul di Ibukota Belgia, Brussels, Senin, untuk menyimpulkan serangkaian laporan yang memprediksi efek-efek terburuk pemanasan global, terutama bagi negara miskin dan nasib keragaman spesies di bumi. Salah satu kesimpulan itu adalah walaupun menggunakan patokan yang dramatis untuk mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2)-- penyebab meningkatnya suhu Bumi -- temperatur akan tetap naik hingga beberapa dekade ke depan. Menurut laporan itu, pada tahun 2080 sekitar 1,1-3,2 miliar penduduk Bumi akan kesulitan mendapatkan air, 200 hingga 600 juta orang terancam kelaparan, dan tiap tahunnya ada 2-7 juta orang meninggal akibat banjir di kawasan pesisir. Yang paling parah mengalami masalah-masalah ini adalah mereka yang tinggal di kawasan miskin dunia, mereka pihak yang paling tidak bisa disalahkan atas polusi penggunaan bahan bakar fosil - yang menimbulkan pemanasan global. Menurut hasil penelitian setebal 1.400 halaman itu, ratusan juta orang yang hidup di lebih dari 36 delta - termasuk di Sungai Nil (Mesir), Sungai Merah (Vietnam), dan Gangga-Brahmaputra (Bangladesh) - adalah kelompok yang bakal paling sering mengalami efek peningkatan air muka laut dan banjir. Beragam penyakit tropis pun akan menyebar cepat. Dampak-dampak itu, di sisi lain, akan lebih parah terasa karena kebanyakan pemerintahan tidak siap dengan pendanaan dan kemampuan beradaptasi dengan ancaman perubahan iklim. Di lain pihak, bila temperatur Bumi meningkat kurang dari 2 derajat Celcius (3,6 F) dari suhu tahun 1990-an, kawasan utara Eropa dan Amerika Utara berpeluang menikmati hasil ladang yang lebih banyak, musim dingin yang lebih hangat, dan hutan lebih luas. Laporan Dewan Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB akan diungkap pada Jumat (6/4), setelah mendapat persetujuan dari semua anggota dewan, dan dipadatkan menjadi rangkuman 50 halaman sebagai masukan buat para penentu kebijakan. Temuan itu mengevaluasi dampak yang telah lewat dan akan datang dari peningkatan suhu global, terhadap fisik planet, ekosistem, dan penghuni Bumi. Laporan juga memberikan penilaian soal kapasitas adaptasi terhadap efek-efek yang dapat diprediksi. Pada Februari 2007 lalu, IPCC telah meluncurkan bagian pertama dari hasil kajian mereka, terkait dengan bukti ilmiah pemanasan global. Perkiraan IPCC saat itu adalah bahwa suhu global akan meningkat sekitar 1,8-4 derajat Celcius (3,2-7,2 F) hingga akhir abad 21. Sementara bagian penutup kajian IPCC akan dirilis pada awal Mei 2007 dan berbicara tentang bagaimana peningkatan suhu Bumi bisa ditanggulangi. Selain berdampak kepada sisi kehidupan manusia, perubahan iklim juga akan membawa konsekuensi sangat luas terhadap keanekaragaman makhluk hidup di Bumi. Kajian ilmiah memprediksi 20-30 persen dari total spesies Bumi terancam punah akibat peningkatan suhu 1,5-2,5 derajat Celsius - batas terendah perkiraan hingga akhir abad 21. Bila temperatur meningkat hingga 4 derajat Celsius, "Hanya sedikit saja ekosistem yang akan bisa beradaptasi," menurut laporan tersebut. Laporan yang diperuntukkan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan itu, akan mempertajam debat tentang isu pemanasan global. "Negara-negara berkembang pasti bakal mempertanyakan jurang yang sangat tajam antar-kawasan, dan tersadar bahwa mereka memerlukan bantuan," kata salah satu delegasi dari negeri Barat yang ikut menyusun laporan. "Ini benar akan terjadi, walaupun IPCC hanya bertugas membuat diagnosa, dan tidak membahas soal pendanaan." Para penentu kebijakan juga akan terpecah saat menentukan berapa banyak uang yang harus dialokasikan untuk biaya adaptasi dan berapa untuk kegiatan mitigasi - kedua unsur yang disebut sangat penting oleh para peneliti, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007