Jakarta (ANTARA News)  - Salmon Padmanagara, bisa jadi merupakan nama yang tidak begitu dikenal masyarakat, namun bagi kalangan petani maka dia adalah seorang bapak yang selalu memperjuangkan mereka.

Lelaki kelahiran Bandung 89 tahun lalu yang dijuluki Bapak Penyuluhan Pertanian Indonesia itu, pada Selasa, 9 Agustus 2016 menghembuskan napas terakhir setelah beberapa waktu berjuang dari sakit yang dideritanya.

Setelah disemayamkan di Rumah Duka, Jalan Siaga 4, Pejaten, Jakarta Selatan, sekitar pukul 11.30 WIB, almarhum diberangkatkan ke kota kelahirannya untuk dimakamkan di peristirahatan terakhirnya.

Salmon Padmanagara lahir pada 20 Agustus 1927 dari keluarga Raden Tumenggung Agoes Padmanagara, Bupati Garut pada zaman kolonial. Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, hal itu tidak menjadikan Salmon sebagai pribadi yang feodal, bahkan dia tak pernah memakai gelar Raden di depan namanya.

Istri Salmon Padmanagara, Nyi Raden Siti Patimah (Titi) juga berasal dari golongan bangsawan. Ayahnya, Raden Tumenggung Mochamad Singer, adalah Bupati Sumedang.

Dari pernikahan dengan Titi, Salmon dikaruniai lima anak yaitu Tony S. Padmanagara (alm), Monty S. Padmanagara, Rika Padmanagara, Rafe Padmanagara, Ranny Padmanagara.

Bagi dunia pertanian, khususnya penyuluh pertanian dan kelompok tani, sosok Salmon Padmanagara sudah tak asing lagi, karena dialah yang membangun penyuluhan di Indonesia.

Komitmennya terhadap penyuluh dan petani tak perlu diragukan lagi. Saat menjadi pejabat Departemen Pertanian dan dosen, dia selalu menanamkan pengertian arti Penyuluhan Pertanian yang sebenarnya. Motto-nya adalah: "To help people help themselves" dari "to make the best better".

Ini mencerminkan bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya mendorong petani untuk bisa menolong dirinya sendiri dan bahwa kemajuan itu harus dicapai dan terus-menerus.

Bahkan sebelum dimulainya Pembangunan Lima Tahun Pertama (Pelita I), Salmon Padmanagara terlibat aktif dalam penyusunan konsep pola pengembangan penyuluhan pertanian yang disiapkan Direktorat Jenderal Pertanian.

Konsep tersebut yakni "Improvement and Strengthening of Agricultureal Extension Activities".

Konsep pola pengembangan penyuluhan pertanian itu memuat upaya memperkuat kegiatan penyuluhan pertanian. Beliau kemudian menyusun berbagai metode seperti dem-plot, dem-farm, dem-area, dan dem-unit, siaran pedesan, bahan cetakan dan bahan audiovisual.

Sebagai konseptor, pada tahun 1969 Salmon Padmanagara lalu diangkat menjadi Direktur Penyuluhan pada Direktorat Jenderal Pertanian.

Pemikiran Salmon pun jauh ke depan menembus ruang dan waktu. Saat itu belum ada koran atau media cetak yang terbit hanya melayani salah satu sektor, beliau lah penggagas terbitnya Tabloid Sinar Tani, sebuah media yang mengkhususkan diri untuk penyuluhan dan pembangunan pertanian


Tentara pelajar

Pendidikan dasar dilalui Salmon kecil di berbagai tempat di Jawa Barat dan terakhir diselesaikannya di Purwakarta pada 1941, kemudian lulus SMP pada 1945 di Jakarta. Pada periode 1946 sampai dengan 1949, Salmon remaja bergabung dengan Tentara Pelajar.

Pada 1950, ia menyelesaikan pendidikan SMA di Bandung. Setahun kemudian, ia menjadi mahasiswa ikatan dinas Fakultas Pertanian Universitas Indonesia Bogor (sekarang IPB) Jurusan Sosial Ekonomi dan lulus sarjana pada 1958.

Selain menempuh pendidikan formal, Salmon juga telah mengikuti program pendidikan tambahan di mancanegara, seperti Pendidikan Penyuluh Pertanian di University of Kentucky, AS (1958-1959) dan perencanaan Pembangunan Pertanian di UN Asia Institute, Bangkok, Thailand (1967).

Atas dedikasinya dalam keilmuan pertanian, ia dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Padjadjaran (Unpad) pada 22 Desember 2004.

Sejarah mencatat pada zaman penjajahan Belanda, telah berlangsung "perampokan" terhadap Tanah Air Indonesia. Segala sumber daya alam (SDA) dan para petani yang "taat" (SDM) diletakkan di bawah manajemen kolonial untuk menghasilkan berbagai komoditas pertanian yang laku di pasar Eropa.

Pemerintah kolonial Belanda membentuk dua poros terdepan (twee vooruit geschoven posten) berupa ondenering (perkebunan) dan binnelands bestuur. Yang disebut pertama adalah alat kolonial Belanda untuk mengeruk kekayaan.

Sementara yang kedua bertugas untuk mengamankan alat tersebut, yaitu para pangreh praja atau binnelands bestuurs ambtenaren.

Dengan dua poros terdepan itulah Belanda mengeruk kekayaan tanah air kita sekaligus menciptakan proses pemiskinan kaum tani. Mereka harus membanting tulang untuk memajukan perkebunan Belanda, tetapi kehidupannya dimiskinkan.

Pada masa kedudukan pangreh praja, petani menghadapi dilema, di satu sisi, mereka harus mengamankan alat pengeruk kekayaan (onderneming) milik Belanda.

Sementara di lain sisi, mereka harus menjaga agar para petani tetap dapat hidup dengan tenang. Di antara pangreh praja itu adalah Raden Tumengung Agoes Padmanagara, ayah Salmon.

Situasi itu pulalah yang melatarbelakangi kehidupan Salmon kecil yang telah membentuk integritas dan kepercayaan diri, sangat kuat tecermin dalam perilaku Salmon sampai saat ini.

Pada masa remajanya, Salmon sudah dihadapkan pada pengalaman hidup bersama petani.


Bergaul dengan petani

Pada zaman revolusi, dia berada di desa-desa, memegang tugas sebagai pembina masyarakat. Dalam melaksanakan tugas itu, dirinya banyak bergaul dengan petani, pemuda-petani muda, dan ibu-ibu tani.

"Saya hidup bersama mereka, bekerja bersama mereka," katanya saat membacakan pidatonya di hadapan dekan dan sivitas akademika Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran saat dianugerahi gelar "doktor honoris causa" pada 2004.

Latar belakang itu memberikan keyakinan pada dirinya bahwa mereka, masyarakat petani, adalah unsur penting dari bangsa ini. Di samping masyarakat tani itu, mayoritas merupakan masyarakat terbesar dalam jumlah, mereka pun menjadi penghasil komoditas pertanian paling besar serta menjadi sumber penghidupan terbesar."

Pada zaman revolusi, petani menjadi pemberi kehidupan bagi bangsa ini. Merekalah yang memberi makan seluruh anak bangsa yang sedang berjuang merebut dan mempertahankan negeri ini dan juga kepada mereka yang sedang mengungsi.

"Karenanya, pada saat itu, petani disebut juga sebagai Soko Guru Revolusi," ujarnya.

Setelah kemerdekaan tercapai, kedudukan dan peranan petani dalam pengadaan pangan bagi kehidupan bangsa ini tetap menjadi andalan. Karenanya, saat itu pun, petani mendapat predikat sebagai Soko Guru Pembangunan.

Dari pernyataan tersebut, tergambar apa yang menjadi haluan Salmon, yaitu keberpihakan seutuhnya terhadap petani. Dalam pandangan Salmon, petani adalah penopang kehidupan masyarakat dan bangsa sebab merekalah penghasil pangan dari dahulu sampai sekarang.

Namun, dalam kenyataannya, sungguh sangat menyedihkan. Petani yang memainkan peranan yang sangat vital itu (dan tidak dapat disubstitusi) berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan dan sering diperlakukan secara tidak pantas.

Menurut Salmon, secara politis, petani selalu menjadi obyek politik. Mereka tidak memiliki kekuasaan untuk memutuskan sendiri.

Secara ekonomi, mereka pun tetap menjadi obyek. Banyak orang mengambil barang dari petani, bukan untuk kesejahteraan petani, melainkan untuk kesejahteraan orang lain. Hal ini disebabkan harga jual yang diperoleh petani selalu tidak menguntungkan petani.

Posisi tawar petani selalu paling lemah. Secara sosial, petani pun berada di deretan paling belakang atau kelas bawah. Secara budaya, petani juga berada di deretan paling belakang, terutama karena didorong oleh cara pandang kita terhadap para petani yang masih selalu negatif.

Petani masih sangat bergantung pada pemerintah. Peran aparat pun masih terlalu dominan, kurang memberikan ruang gerak kepada para petani untuk berperan aktif sebagai subyek pembangunan.

Kepada para sahabat dan anak didiknya, Salmon selalu mengingatkan, bahwa latar belakang kehidupan para petani itu seharusnya menyadarkan bangsa ini bahwa petanilah yang seharusnya menjadi titik pusat perhatian dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.

"Ketika merencanakan, kita bekerja, berpikir, dan bertindak, selalu dan keluarganyalah yang seharusnya menjadi pusat perhatian kita," katanya.


Obor penerang

Perhatian, pemikiran dan perjuangan yang besar Salmon Padmanagara terhadap petani dan pertanian menjadikan dirinya dianggap obor penerang yang menuntun mereka menjadi petani mandiri sehingga diangkat sebagai Bapak Penyuluhan Pertanian.

Namun sayangnya, penganugerahan gelar Bapak Penyuluhan Pertanian bukan datang dari pemerintah, tapi dari petani Indonesia yang disampaikan KTNA Nasional pada acara Pekan Nasional Kontak Tani Nasional Andalan (Penas KTNA) di Simalungun Sumatera Utara tahun 1986.

Kemudian pada Penas KTNA IX di Lombok 1996, Salmon mendapat penghargaan Peniti Emas dari petani.

Dia dinilai merupakan salah satu tokoh yang turut membesarkan KTNA, salah organisasi tani nasional yang saat ini masih eksis tersebut.

Ketika menjadi Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian pertama, sosok Salmon Padmanagara memiliki begitu banyak pengalaman berkualitas dalam menegakan prinsip-prinsip kediklatan yang berorientasi ahlak dan moral secara konsisten.

Awal kepemimpinan nya model yang diterapkan adalah menyatukan prinsip pendidikan pertanian, diklat pertanian dan penyuluhan pertanian.

Mantan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Emilia Harapah menyatakan, pemikiran Salmon Padmanagara yang pernah menjabat Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) saat menjadi ketua Asean COFAF (commite on food, agriculture and fisheries) banyak mewarnai arah kerjasama pangan dan pertanian Asean.

Salmon Padmanagara juga memiliki peran yang tidak sedikit terhadap program bantuan pangan untuk negara-negara Afrika yang dilakukan Indonesia pada masa Presiden Suharto.

Tanpa dilepas dengan upacara kebesaran maupun lambaian pejabat negara, Salmon Padmanagara yang berjasa besar bagi pembangunan pertanian ini kembali kepangkuan Ilahi.

Hanya dua orang mantan Menteri Pertanian yakni Syarifuddin Baharsyah dan Yustika Baharsyah serta rekan-rekan pensiunan pejabat kementerian pertanian mengantarkan kepergiannya menuju peristirahatan terakhir.

Selamat jalan Salmon Padmanagara. Selamat jalan Bapak Penyuluh Pertanian.

Oleh Rz Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016