Tokyo (ANTARA News) - Kehadiran mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dalam fora interasional yang diselenggarakan di Jepang dapat menjadi upaya untuk semakin memperkokoh pertalian antara Indonesia dan Jepang, terlebih saat kedua negara akan memasuki 50 tahun hubungan persahabatan pada 2008. "Sebetulnya siapa pun yang datang ke sini dan bisa memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif bagi hubungan kedua negara, kehadirannya dapat memperkukuh 'linkage' Jepang dan Indonesia. Pertalian kedua negara saat ini bisa dikatakan memasuki babak baru khususnya dalam memasuki 50 tahun hubungan bilateral," kata Kepala Bidang Politik Keedutaan Besar RI di Tokyo, Bonifatius A Herindra, di Tokyo, Kamis. Megawati hadir bersama sejumlah mantan kepala negara dan kepala pemerintahan di Asia Timur dalam forum East Asia Senior Leader`Forum di Fukuoka, akhir pekan lalu yang diselenggarakan salah satu harian terkemuka di Jepang . Selain itu, Megawati juga akan mengikuti kegiatan federasi tokoh-tokoh perempuan Asia yang berlangsung di Tokyo, Kamis (5/4) ini. Kehadiran Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu, dalam pandangan Bonifatius, bisa dilihat sebagai upaya Jepang untuk tetap mempertahankan hubungan baiknya di kawasan Asia Timur, terutama dengan negara-negara ASEAN yang secara tradisional memang tergolong erat selama 40 tahun. Kehadiran Megawati bersama para mantan pemimpin pemerintahan itu menjadi sorotan media massa nasional Jepang. Terlebih dalam hubungan Indonesia - Jepang yang memasuki "tahun emas", dimana terjadi pergantian generasi dari para tokoh lama ke generasi muda Jepang. "Sudah barang tentu Jepang akan mempertahankan hubungan baiknya dengan ASEAN, sehingga kedatangan tokoh-tokoh Indonesia bisa menjadi jembatan untuk memperkokoh hubungan yang lebih sejajar di masa depan," kata Bonifatius. Pembangunan ekonomi di negara-negara ASEAN mendapat sokongan dari Jepang, sehingga stabilitas hubungan yang terjalin lama perlu untuk dipertahankan oleh generasi penerusnya. "Pertalian itu menjadi penting, karena Jepang tentu saja akan dipimpin generasi muda yang membutuhkan 'contact person' (hubungan pribadi, red) yang dapat dipercayai dalam meningkatkan hubungan kemitraan di masa depan," ujarnya. Dalam forum pemimpin itu, Megawati menekankan pentingnya model ASEAN untuk menciptakan masyarakat baru di Asia, karena memandang setiap negara sejajar dan tidak ada upaya untuk saling menguasai, meskipun terdapat tingkat stabilitas domestik yang berbeda. "Hubungan mapan ASEAN selama 40 tahun membantu negara-negara anggotanya dalam menyelesaikan setiap persoalan melalui forum dialog dan konsensus. Cara ini sejalan dengan tradisi Jepang serta komunitas internasional," demikian Bonifatius. Para mantan pemimpin tersebut mengemukakan pemikiran yang sejalan bahwa perlu bersinerginya negara-negara di kawasan Asia (dan juga Pasifik). Mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos, mengemukakan perlunya mengubah kerangka atau framework keamanan dari yang tadinya mengandalkan pada Amerika Serikat kepada masing-masing negara-negara. Ramos mendorong Jepang dan China tampil lebih aktif menjaga keamanan kawasan tersebut. Mantan PM Thailand, Chuan Leekpai, mendesak perlunya menciptakan sinergi regional, terlebih jika mengingat rakyat di kawasan Asia yang tergolong miskin. Sedangkan mantan PM Korea Selatan, Kim Jong Pil, mempersoalkan keberadaan nuklir Korea Utara yang bisa menjadi ancaman kawasan serta mendorong pembentukan masyarakat Asia Timur seperti yang terjadi dengan terbentuknya Masyarakat Eropa. (*)

Copyright © ANTARA 2007