Surabaya (ANTARA News)- Organisasi Angkutan Darat Jawa Timur (Organda Jatim) mengalami kerugian mencapai nilai Rp1,2 miliar per bulan, akibat ditutupnya Jalan Raya Porong sebagai dampak melubernya lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. Ketua Organda Jatim, Mustofa, di Surabaya, Kamis, menyatakan bahwa kerugian ini akibat jarak tempuh angkutan bus yang biasanya menggunakan Jalan Raya Porong menjadi lebih jauh, karena bus harus menggunakan jalur alternatif. Selain itu, menurut dia, penggunaan bahan bakar menjadi bertambah besar, karena jarak tempuhnya yang panjang. Dia mengatakan, agar tidak selalu rugi terus menerus, Organda Jatim telah melakukan efisiensi operasional pada sejumlah armada busnya. Dari 1.000 unit armada bus di Organda, hanya 40 persen saja yang dioperasikan melayani jalur Surabaya-Malang maupun sebaliknya. Menurut Mustofa, dengan melakukan efisiensi ini kerugian Organda bisa ditekan seminimal mungkin, tanpa harus membebankan biaya operasional kepada masyarakat dengan menaikkan tarif angkutan bus. "Saya kira sangat riskan dan berbahaya kalau kita menaikkan tarif angkutan bus, sebab resikonya penumpang tidak menggunakan jasa pelayanan angkutan bus dan berakibat beralihnya penumpang pada jasa angkutan lain," ujarnya. Berkurangnya jumlah armada yang beroperasi itu, dikatakannya, berakibat pada sebagian sopir bus yang tidak bekerja. Agar seluruh sopir bus aktif bekerja dan pembagian merata, maka Organda Jatim telah menyiapkan jadwal giliran beroperasi. "Kami melakukan penjadwalan sopir, supaya mereka tetap bisa bekerja meskipun harus bergiliran," ucapnya. Mustofa menuturkan, kerugian Organda Jatim ditanggung oleh PT Lapindo Brantas Inc., bahkan sejak jalur Tol Porong ditutup Organda sudah mengajukan klaim kerugian senilai Rp12 miliar, tetapi hanya Rp5 miliar yang disetujui Lapindo. "Sudah satu bulan pencairan kerugian klaim Organda dilakukan. Biaya klaim ini merupakan ganti rugi Organda ketika tol Porong ditutup waktu lalu," katanya. Tentang kerugian disebabkan jalan Raya Porong ditutup ini, Organda masih berkoordinasi dengan jajarannya. Sedangkan usulan, kenaikan tarif bus akibat jarak tempuh yang membutuhkan biaya BBM semakin banyak, sedang menjadi pembahasan DLLAJ Jatim. Hal senada juga dikatakan Wakil Kepala DLLAJ Jatim, Zarkasi bahwa besaran tarif angkutan untuk rute yang menggunakan jalur alternatif itu, sedang menjadi pembahasan dengan jajaran terkait. "Kita sedang susun besaran tarif angkutan ini," katanya menegaskan. Jalur alternatif itu nantinya dibagi menjadi tiga bagian, yakni pertama, Bundaran-Waru-Krian-Mojosari-Japanan. Kedua, Tol-Waru-Exit Sidoarjo-Wonoayu-Krian-Mojosari-Japanan. Ketiga, Bundaran Waru-Sidoarjo-Tanggulangin-Tulangan-Pabrik Kertas Pakerin-Mojosari-Japanan. "Jalur-jalur alternatif ini akan dijaga 70 petugas LLAJ," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007