Jakarta (ANTARA News) - Ahli kriminologi Ronny Rahman Nitibaskara (73) dari Universitas Indonesia menganalisis wajah terdakwa Jessica Kumala Wongso untuk menarik kesimpulan soal watak dasarnya.

"Dari wajahnya, ia terlihat sebagai tipe kurang percaya diri," jelas Ronny saat menyampaikan keterangan sebagai saksi ahli dalam sidang perkara pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis.

Ronny mengatakan terdakwa membangun harga diri dengan pengetahuan dan cenderung belajar kembali sebelum melakukan hal baru.

Orang dengan jarak mata dan alis seperti Jessica, dia menyimpulkan, punya sifat pemilih dan selektif serta seksama dalam merespons tindakan dan pikiran.

Saat memilih teman, menurut dia, orang semacam itu biasanya berharap pertemanannya bisa langgeng kecuali ada hal yang bisa memutuskan hubungan seperti konflik mendalam atau pengkhianatan.

"Yang bersangkutan termasuk tipe obsesi posesif," ujarnya.

Sementara bentuk dagu Jessica, menurut dia, mencerminkan sifat keras kepala dan tidak suka ditekan serta lebih banyak memendam kemarahan sehingga tak menutup kemungkinan ada sifat pendendam.

Namun dia juga melihat ciri yang menunjukkan bahwa orang seperti itu bisa melunak bila dibujuk.

Ia menjelaskan pula bahwa bentuk hidung Jessica menunjukkan sifat hemat, memperhitungkan pengeluaran secara matang, dan jarak antar matanya menunjukkan dia termasuk tidak toleran.

Ronny menambahkan bahwa dia akan cepat bereaksi terhadap situasi dan mengerjakan sesuatu sesuai perencanaan tahap demi tahap.

Berdasarkan analisis wajahnya, ia mengatakan, Jessica mudah merasa terganggu dengan sesuatu sehingga kadang bisa timbul delusi serta teliti tentang hal paling rinci, cepat merespons dan sangat intens melibatkan emosi dan responsnya.

Jaksa mendakwa Jessica menggunakan Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Pembunuhan Berencana dalam perkara tewasnya Wayan Mirna Salihin di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta usai meminum es kopi Vietnam bercampur sianida di Kafe Olivier pada 6 Januari 2016.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016