Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 9,18 poin (0,99 persen) menjadi 915,77.
"IHSG BEI bergerak melemah di tengah data ekonomi yang dirilis relatif kondusif," kata analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta, Kamis.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2016 terjadi deflasi 0,02 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender mencapai 1,74 persen (year to date/ytd). Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) sebesar 2,79 persen.
Menurut dia, data itu menunjukan kondisi perekonomian nasional masih relatif stabil sehingga potensi pembalikan arah indeks BEI ke area positif cukup terbuka. Dengan demikian, tekanan yang terjadi dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan akumulasi beli.
Sementara itu, Kepala riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bahwa pelaku pasar saham asing yang kembali melakukan aksi lepas saham kembali membebani laju indeks BEI.
Berdasarkan data BEI, pelaku pasar saham asing kembali membukukan jual bersih atau "foreign net sell" sebesar Rp352,39 miliar pada Kamis (1/9) ini.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang cenderung masih negatif turut mempengaruhi bursa saham domestik. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude melemah 0,18 persen menjadi 44,62 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,34 persen menjadi 46,73 dolar AS per barel.
Sementara itu tercatat frekuensi perdagangan saham di BEI mencapai 255.314 kali transaksi dengan total jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 6,61 miliar lembar saham senilai Rp5,66 triliun. Sebanyak 92 saham naik, 226 saham turun, dan 89 saham tidak bergerak atau stagnan.
Bursa regional, di antaranya indeks Bursa Hang Seng menguat 185,46 poin (0,81 persen) ke level 23.162,34, indeks Nikkei naik 39,44 poin (0,23 persen) ke level 16.926,84, dan Straits Times melemah 4,12 poin (0,15 persen) posisi 2.816,47.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
