Jakarta (ANTARA News) - Prof DR Komaruddin Hidayat mengimbau, agar umat manusia melakukan napak tilas kehidupan Nabi Adam AS sebagai instropeksi dalam menjalankan keseimbangan kehidupan surgawi dan duniawi. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu menyampaikan imbauannya dalam khutbah di acara Zikir dan Doa Bersama Bagi Keselamatan Bangsa yang diprakarsai oleh Masyarakat Pers Peduli Negeri di Masjid Istiqlal Jakarta, Minggu, yang juga dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Komaruddin menggambarkan, peristiwa yang dialami Nabi Adam AS berkaitan dengan tiga sikap, yaitu serakah dan tamak, sombong dan angkuh, serta dengki. Menurut dia, sikap serakah dan tamak merupakan sesuatu yang harus dihindari oleh manusia karena bisa merusak kehidupan alam yang damai dan merusak kehidupan sesama manusia. Sedangkan, dikatakannya, sombong dan angkuh merupakan sikap yang tidak disukai Allah, karena merupakan sikap lupa diri manusia, karena kehidupan manusia sekecil apa pun tidak bisa terlaksana tanpa orang lain. "Semakin tinggi jabatan seseorang, maka semakin besar pula ketergantungannya pada orang lain," ujarnya. Sementara itu sikap dengki adalah tindakan yang harus dijauhi karena menghancurkan hubungan sesama manusia, katanya. "Pada sikap ini, orang tidak menghargai jasa orang lain dan hanya menilai kekurangan dan kejelekan pihak lain," ujarnya, dihadapan ribuan orang yang mengikuti acara itu. Menurut dia, pesan itu merupakan suatu sikap yang harusnya dilakukan oleh pemimpin dan masyarakat bangsa Indonesia sehingga keseimbangan antara kehidupan surgawi dan duniawi bisa terwujud. Dia mencontohkan, anugerah Tuhan kepada bumi Indonesia sangat besar seperti alam yang indah dan menyimpan kekayaan dan sumber daya yang besar, namun jika rahmat itu tidak diperlakukan semestinya, maka yang terjadi adalah kemungkinan penderitaan dan azab yang pedih. Dia mengemukakan pula bahwa banyaknya bencana yang melanda negeri ini juga menjadi contoh yang patut direnungkan, dan diambil hikmahnya. Sementara itu, sastrawan Taufik Ismail dalam acara tersebut membacakan doa tentang kehidupan berbangsa antara pemimpin dan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari harapan-harapan atau tauladan yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW. Dalam doanya itu, Taufik juga memohon, adanya perbaikan akhlak bangsa dan akhlak diri pribadi. Dia juga mendoakan, agar pemegang kendali negara seperti eksekutif, legislatif dan yudikatif agar sederhana dalam perencanaan, hemat dalam belanja, cepat dalam tindakan, adil dalam pelaksanaan kepemimpinan terutama bagi rakyat kecil. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007