Ghazni, Afghanistan (ANTARA News) - Sebanyak 80 gerilyawan Taliban telah tewas saat serangan mereka terhadap Provinsi Ghazni di Afghanistan Timur dipatahkan, kata Gubernur Provinsi itu Abdul Karim Matin pada Rabu.

Menurut Gubernur tersebut, ratusan petempur Taliban melancarkan serangan yang terkoordinasi pada Senin (5/9) untuk merebut Kabupaten Gero di provinsi itu, demikian laporan Xinhua. Namun, pasukan keamanan mematahkan serangan tersebut dan gerilyawan Taliban mundur setelah kehilangan banyak rekan mereka.

Sebanyak 80 gerilyawan tewas dan tak kurang dari 100 lagi cedera, tambah pejabat tersebut.

Ia juga mengakui lima personel keamanan telah gugur dan delapan lagi cedera selama operasi melawan gerilyawan di Kabupaten Gero, yang menjadi ajang pertempuran.

Anggota Taliban, yang menguasai beberapa bagian Provinsi Ghazni, belum mengeluarkan komentar mengenai kondisi tersebut.

Sementara itu, empat gerilyawan dilaporkan tewas dan 10 lagi cedera saat pasukan pemerintah mematahkan serangan Taliban di Kabupaten Yaftal-e-Payan di Provinsi Badakhshan di bagian utara negeri tersebut pada Selasa malam (6/9), kata Juru Bicara Pemerintah Provinsi Ahmad Nawed Farotan pada Rabu.

"Sekelompok anggota Taliban menyerang pos pemeriksa keamanan di Permukiman Duaba di Kabupaten Yaftal-a-Payan semalam dan pasukan keamanan membalas serangan mereka serta memaksa gerilyawan menyelamatkan diri, setelah mereka meninggalkan empat mayat teman mereka," kata Farotan kepada Xinhua.

Sepuluh gerilyawan cedera dalam baku-tembak yang berlangsung tak lama, kata pejabat itu.

Serangan Taliban terhadap beberapa desa di Kabupaten Shuhada juga dipatahkan pada malam yang sama, tambah pejabat tersebut.

Tanpa mengomentari kemungkinan jatuhnya korban jiwa di pihak personel keamanan, Farotan menyatakan pasukan pemerintah akan memburu gerilyawan bersenjata di tempat lain di pegunungan Provinsi Badakhshan untuk memulihkan ketenangan dan hukum di sana.

Gerilyawan Taliban yang beropreasi di beberapa wilayah Badakhshan dan Provinsi Takhar serta Kunduz, yang berdekatan, belum mengeluarkan komentar mengenai situasi itu, kantor berita Xinhua melaporkan.

(C003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016