Jakarta (ANTARA News) - PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen) menargetkan pada 2008 sudah dapat menerapkan sistem "online" secara total di seluruh kantor cabangnya di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada peserta Taspen. "Saat ini baru di beberapa kota besar saja yang sudah `online system`, terakhir adalah cabang Medan. Nanti tahun 2008 seluruh cabang Taspen ditargetkan sudah `online system`," kata Dirut Taspen. Achmad Subianto di sela Invitasi Master Catur Beregu Nasional dalam rangka memperebutkan Taspen Anniversary Cup VII di Jakarta, Senin. Achmad menyebutkan, saat ini Taspen memiliki 42 kantor cabang dan di setiap propinsi minimal harus memiliki satu kantor cabang. Saat ini terdapat tiga provinsi yang sama sekali belum memiliki kantor cabang yaitu Sulawesi Barat, Papua Barat, dan Kepulauan Riau. Dari sisi peserta dana tabungan dan asuransi, hingga saat ini Taspen memiliki lebih dari lima juta peserta yang terdiri dari pegawai negeri sebanyak sekitar 3,6 juta orang dan pensiunan sebanyak 1,6 juta orang. "Kalau peserta pensiunan kan ada yang meninggal dan ada pula yang baru masuk sehingga jumlahnya segitu-gitu saja, demikian juga dengan pegawai negeri, tapi kalau tidak salah tahun ini ada tambahan 200.000 pegawai negeri yang harus dilayani Taspen," kata Achmad. Ia menyebutkan, Taspen sebenarnya mengelola tiga jenis dana namun hanya dua yang selama ini dikenal. Tiga jenis dana itu adalah dana pensiun, tabungan hari tua (THT), dan dana kesejahteraan PNS seperti asuransi kematian, dan uang duka wafat. Seorang PNS begitu memasuki masa pensiun maka akan menerima dana lumpsum yang disebut dengan THT, PNS yang bersangkutan juga menerima dana pensiun yang dibayarkan secara bulanan. Mengenai dana yang dikelola, Achmad menyebutkan, BUMN keuangan itu mengelola dana sekitar Rp26 triliun yang terdiri dari dana pensiun sebesar Rp9 triliun dan dana THT sebesar Rp19 triliun. "Jadi total dana yang dikelola Taspen sekitar Rp26 triliun, tapi ada yang dipakai oleh pemerintah yang jumlahnya juga hampir Rp26 triliun," kata Achmad menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007