Damaskus (ANTARA News) - Enam bulan setelah suami Maha tewas di perang saudara berdarah Suriah, ibu dua anak tersebut mengambil keputusan yang menjadi semakin umum -- dia menjadi istri kedua.

"Setelah suami saya meninggal, saya menjadi sendirian dengan anak-anak saya dan hal itu sangat sulit," kata wanita berusia 31 tahun tersebut kepada AFP melalui telepon dari sebuah daerah dekat Damaskus yang menjadi lokasi pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pasukan pemberontak.

"Sepupu saya menyarankan agar kami menikah, dan sekarang saya tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Hal tersebut adalah keputusan yang sulit karena istrinya adalah teman saya," katanya.

Dengan ribuan pria Suriah tewas di garis depan konflik tersebut yang dimulai pada Maret 2011, dan warga lainnya diusir atau menghilang, tingkat perceraian dan poligami di Suriah meningkat.

Menurut angka resmi, poligami menyumbang 30 persen dari pernikahan yang terdaftar di Damaskus pada 2015, naik lima persen pada 2010.

"Kami memiliki lebih banyak perempuan daripada laki-laki di sini. Empat teman saya dan saya memutuskan untuk menikahi para janda sebagai istri kedua guna melindungi reputasi mereka," ungkap Mohammed, suami baru Maha.

Lebih dari 290.000 orang tewas di Suriah dan jutaan telah mengungsi dari rumah mereka menuju ke beberapa negara tetangga.

Bagi mereka yang memilih tinggal di Suriah, perang tersebut mengoyak anggota keluarga dan menimbulkan tekanan besar bagi para pasangan yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan, pengangguran dan kekerasan.

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016