Jakarta (ANTARA News) - Komisi I DPR menilai kondisi alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI saat ini sangat memprihatinkan, karena itu perlu ada perencanaan strategis untuk memperbaruinya. Akibat keterbatasan peralatan sistem pertahanan itu, wilayah-wilayah NKRI, terutama di kawasan perbatasan, kini rawan, kata anggota Komisi I DPR Jeffrey Massie (PDS), di Jakarta, Senin (9/4) malam, menanggapi pernyataan Panglima TNI, Marsekal TNI Joko Subianto. Sebelumnya Joko mengungkapkan tentang terbatasnya peralatan sistem pertahanan TNI. Namun demikian, kata Joko, TNI tetap akan melakukan pengamanan NKRI sekuat tenaga, apapun resikonya. "Saya sangat mengapresiasi kebijakan Panglima TNI menjaga kedaulatan NKRI, sekaligus memberi dukungan 100 persen bagi upaya TNI memperkuat alutsista, agar tidak dianggap sebelah mata oleh negara tetangga," kata Jeffrey Massie. Anggota legislatif dari Provinsi Sulawesi Utara ini menilai, minimnya anggaran menjadi penyebab utama kondisi alutsista TNI menjadi sangat memprihatinkan. "Kami prihatin terhadap TNI karena masalah ini. Oleh sebab itu, kami di Komisi I akan seobyektif mungkin mendukung TNI mengembangkan alutsitanya," kata Jeffrey Massie lagi. Secara terpisah, Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat (FPD), Boy W Saul, menegaskan kendati dilihat dari ketersediaan peralatan tempur, RI ketinggalan, namun Malaysia dan Singapura jangan anggap enteng kekuatan TNI bersama rakyat di belakangnya. "Iya, benar, kita sudah ketinggalan, dan (peralatan tempur kita) tidak memadai lagi, jika dibanding dengan Singapura maupun Malaysia. Tetapi, kekuatan kita tidak bisa lihat dari sisi itu. Sejak dulu kita diakui banyak negara di kawasan ini karena spirit dan semangat mempertahankan kedaulatan kita," kata Boy Saul. Bagi anggota legislatif dari daerah pemilihan Provinsi Jawa Barat ini, Indonesia tetap masih disegani di kawasan ini, karena mempunyai nasionalisme tinggi. "Prajurit TNI kita mempunyai semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi untuk mempertahankan kedaulatan maupun menjaga perbatasan. Itu diakui oleh siapapun juga di kawasan ini. Amerika juga tahu itu," katanya. Boy Saul lalu menunjuk kekalahan telak AS di Vietnam, Korea, juga tanda-tanda yang sama di Timur Tengah (Irak maupun Afghanistan), sebagai indikasi teknologi serta ketersediaan alutsista memadai sering kalah oleh semangat nasionalisme suatu bangsa. "Karena itu, saya ingatkan Malaysia dan Singapura yang selalu mengganggu beberapa wilayah perbatasan laut maupun udara RI, agar jangan coba-coba memancing 'banteng yang lagi tidur'," tandasnya. Namun demikian, Boy Saul sepakat alusista perlu dilengkapi agar memadai. "Itu harus dilakukan secara bertahap, karena menyangkut persoalan anggaran," tambah Boy Saul. Udara dan Laut Anggota legislatif dari daerah pemilihan Jawa Barat ini juga mengusulkan agar TNI fokus pada pembenahan dan pemberdayaan dua angkatan, yakni Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara. "Dua angkatan ini yang harus kita tingkatkan," desak Boy Saul. Pengadaan pesawat-pesawat dan kapal-kapal laut pengintai yang dilengkapi peralatan tempur khusus serta canggih harus segera dilakukan, secara bertahap. Sementara itu, pengamat militer dari CSIS, Dr Kusnanto Anggoro pesismis dengan masa depan TNI, mengingat kondisi peralatan tempur yang dimiliki. "Saya tidak membawa data mendetil, tetapi memang (RI) kalah dengan Singapura dan Malaysia," katanya. Indonesia, katanya, bukan cuma kalah dari kesiapan peralatan tempur dan alusista dibanding Malaysia dan Singapura, tetapi juga uang kalah. "Semua orang tahu itu kok," ungkap Kusnanto. Kusnanto juga menyayangkan tindakan TNI dan pemerintah yang sering melakukan pembelian peralatan tempur tanpa berpikir. "Jadi kita tidak punya rencana. Beli-beli tanpa mikir sistem," tandas Kusnanto. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007