Sukabumi (ANTARA News) - Akibat harga gabah yang terus merosot hingga kisaran Rp1.500/kg sampai Rp1.600/kg sebagian petani di Kecamatan Cibereum, Kota Sukabumi, Jabar, terpaksa menimbun gabahnya di penggilingan, guna menghindari kerugian. "Saya terpaksa menimbun gabah karena harga gabah saat ini terlalu rendah dan tidak sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp2.000/kg," kata salah seorang petani di Kelurahan Cibereum Hilir Kecamatan Cibeureum, Shalahudin (40) di Sukabumi, Selasa. Menurut dia, harga GKP yang dijual ke tengkulak berada di kisaran Rp1.500 hingga Rp1.600/kg, padahal sebelum masa panen raya harganya masih di atas Rp2.000/kg. Hal ini menyebabkan sebagian petani menimbun gabahnya dan enggan menjualnya kepada tengkulak dengan harga yang relatif rendah. Hal senada juga dikatakan Ntah (33), salah seorang petani di Kelurahan Cibeureum Hilir, bahwa dirinya terpaksa menimbun sebagian gabahnya untuk biaya produksi, pengolahan tanah dan pembelian pupuk serta untuk makan sehari-hari. "Kalau dijual semuanya dengan harga jual yang relatif rendah, maka saya akan kesulitan untuk membeli pupuk yang harganya relatif tinggi dan pengolahan tanah," katanya yang mendapatkan panen sebanyak delapan kuintal untuk 1,5 hektar sawahnya. Dikatakannya, penurunan harga gabah itu disebabkan karena saat ini memasuki panen raya dan harga beras dipasaran sudah kembali normal. "Mereka (tengkulak-red) membeli harga gabah kering tergantung dari harga beras di pasaran. Kalau harga beras di pasaran tinggi, maka harga gabah juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya," ujar Ntah. Jika kualitas gabah keringnya bagus, tengkulak berani membeli harga kering itu sebesar Rp1.700 hingga Rp1.800/kg, tetapi jika kualitas gabahnya jelek, maka harganya pun juga rendah. Ia mengaku kualitas padi atau gabah panen saat ini sangat jelek karena saat benih padi sedang tumbuh, diguyur hujan secara terus menerus, sehingga mengakibatkan banyak gabah yang tidak berisi. Ntah mengatakan, kebijakan pemerintah yang menaikkan HPP tidak berpengaruh pada penjualan harga gabah di tingkat petani dan kenaikan tersebut dirasakan masih kecil karena tidak bisa menutupi biaya produksi yang tinggi seperti pengadaan pupuk.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007