Surabaya (ANTARA News) - Bagi Prof Dr Mohammad Nuh yang mengakhiri jabatannya sebagai Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mulai 12 April 2007, mengajar atau menjadi dosen adalah "habitat" yang sesungguhnya. "Mau kemana setelah tidak menjadi rektor? Saya akan mengajar lagi di Jurusan Teknik Elektro pada Fakultas Teknologi Industri (FTI)," ujar Rektor ITS periode 2003-2007 itu. "Arek Suroboyo" kelahiran 17 Juni 1959 itu mengaku sempat ditawari tiga hingga empat jabatan setelah tidak menjabat rektor, namun yang ditawarkan itu tidak ada yang cocok dengan semangat kecintaan dan idealismenya. "Tawaran itu mungkin lebih enak daripada jabatan saya sekarang, tapi pekerjaan akan sukses bila ada kecintaan dan idealisme," paparnya. Mantan direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS Surabaya (2001-2004) itu menyatakan, pekerjaan apa pun akan terasa nikmat bila dilakukan dengan cinta atau senang akan terasa nikmat. Itulah sebabnya dia memilih kembali menjadi dosen pada pascasarjana ITS mata kuliah "Digital Control System" dengan spesialisasi Sistem Rekayasa Biomedika. "Tapi, cinta terhadap pekerjaan saja tanpa ada idealisme juga tidak akan sukses, apalagi kalau yang dicari hanya uang dan uang," kata doktor lulusan Universite Science et Technique du Languedoc, Monpellier, Prancis, yang jabatan rektornya digantikan Prof Priyo Suprobo PhD itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007