Cimahi (ANTARA News) - Bagi Samai, emas yang diraih dari nomor tim sprint putra Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX di Velodrome Munaip Saleh, Cimahi, Jawa Barat, Senin, dinilai sangat berharga karena merupakan emas terakhir sebelum pensiun sebagai pebalap profesional.

Andalan kontingen Yogjakarta itu mengaku tidak akan lagi turun di lintasan balap mengingat usianya tidak muda lagi.

Namun ia berjanji tidak akan meninggalkan dunia balap sepeda yang selama ini telah membesarkan namanya di kancah nasional maupun internasional.

"Hasil indah di penghujung karir saya sebagai pebalap sepeda. Apalagi kami juga bisa pecah telur medali emas kontingen Yogjakarta di balap sepeda. Terus terang, saya sangat bangga dengan hasil ini," kata Samai usai menerima medali kemenangan.

Pebalap kelahiran 26 Juli 1978 itu meraih medali emas bersama dua rekannya, yaitu Fatahillah Abdullah dan Muhammad Nur Fathoni. Emas tersebut diraih setelah di final mengalahkan tim DKI Jakarta yang diperkuat Puguh Admadi, Reno Yudho Sasongko dan Erik Adrianto.

Samai merupakan salah satu sprinter terbaik yang dimiliki Indonesia. Beberapa penghargaan level internasional sudah pernah diraih. Bahkan pada 2009, ia membuat kejutan dengan menjuarai salah satu etape Le Tour de Langkawi yang saat itu mampu mengalahkan pebalap pro tour.

Di level PON, emas yang diraih di PON Jawa Barat bukanlah yang pertama. Bahkan pada 2008 mampu memecahkan rekor untuk nomor 1.000 meter. Pada kejuaraan empat tahun berikutnya, pebalap kelahiran Surabaya ini terus menyumbangkan emas dan yang terakhir di PON 2016 Jawa Barat.

"Saya akan lepas sepatu dan lepas sepeda. Setelah ini saya akan fokus menjadi pelatih," kata ayah dari Mayra Shakila Zahira itu.

Samai mengaku setelah terbebas dari aktivitas sebagai atlet balap sepeda, dirinya sudah mendapatkan tempat untuk memberikan pelatihan serta melahirkan pebalap-pebalap yang ke depannya akan membawa nama bangsa di kancah internasional.

"Memang benar. Saya akan melatih di tim PGN. Untuk home base-nya bisa saja di Jakarta, Yogjakarta atau kota yang lain. PGN-kan banyak cabangnya," kata Samai.

Ditanya kunci suksesnya saat merebut emas di PON terakhirnya, Samai mengaku fokus dan konsentrasi. Meski terbilang senior, pebalap berusia 38 tahun terlihat sangat trengginas dalam mengayuh sepedanya. Terbukti medali tertinggi di PON 2016 mampu diraih.

Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016