Jakarta (ANTARA News) - Temuan terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan pemilihan kepala daerah/gubernur (Pilkada) DKI Jakarta pada Februari 2017 akan berlangsung dua putaran, karena dari survei opini publik terhadap elektabilitas tiga pasangan cagub, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Agus Yudhoyono-Sylvia Murni, masih belum ada yang mencapai 50 persen lebih.

Peneliti senior LSI Adjie Alfaraby kepada pers di Jakarta, Selasa, mengatakan, elektabilitas pasangan Ahok-Djarot sebanyak 31,4 persen, Anies-Uno sebanyak  21,1 persen dan pasangan Agus-Sylviana  sebanyak 19,3 persen dan pemilih yang belum memutuskan sebanyak  28,2 persen.

Survei LSI itu dilakukan pada 28-30 September 2016), dengan total responden berjumlah 440 responden, menggunakan metodologi wawancara tatap muka. Riset dilakukan dengan metode multi-stage random sampling. Margin of Error plus minus 4,8 persen. Survei dilengkapi pula dengan kualitatif riset (FDG/focus group discussion, media analisis, dan depth interview).

Adjie mengatakan, dengan angka dukungan ini, dan pilkada masih empat bulan lagi, maka jika tidak ada perubahan radikal, diprediksi Pilkada DKI 2017 berlangsung dua putaran, karena tidak ada pasangan yang unggul mutlak diatas 50 persen. Namun di putaran pertama, siapapun kini bisa tersingkir. Jika trend Ahok terus menurun, Ahok pun bisa tersingkir di putaran pertama.
 
Dilihat dari segmen pendukung, masing-masing pasangan kalah dan menang. Pasangan Ahok-Djarot menang di segmen gender dengan presentase dipilih pemilih laki-laki sebanyak 26.4 persen dan pemilih perempuan 36,4 persen. Dibandingkan dengan pasangan Anies-Uno hanya memperoleh presentase dipilih pemilih laki-laki sebanyak 20,9 persen dan pemilih perempuan 21,4  persen. Sedangkan, pasangan Agus-Sylviana memperoleh presentase dipilih pemilih laki-laki sebanyak 19,5 persen dan pemilih perempuan 19,1 persen.
 
Selanjutnya, segmen pemilih berdasarkan pendidikan, pasangan Anies-Uno menang di segmen pemilih dengan latar belakang berpendidikan pernah kuliah atau di atasnya, dengan memperoleh presentase sebesar 31,2 persen, dibandingkan dengan pasangan Ahok-Djarot yang hanya memperoleh 26,0 persen dan disusul pasangan Agus-Sylviana sebesar 19,5 persen.

Survei LSI mencatat tingkat pengenalan (Popularitas) ketiga cagub DKI, yakni  Basuki Tjahaja Purnama (97,0 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (78,0 persen) dan Anies Rasyid Baswedan (74,5 persen).

Adjie menjelaskan, elektabilitas Ahok trend-nya menurun selama 2016 sesuai survei LSI, yakni 59,3 persen (Maret 2016), 49,1 persen (Juli 2016), dan 31,4 (Oktober 2016).

Trend penurunan elektabilitas Ahok, sesuai analisis kualitatif LSI, disebabkan empat alasan, pertama, akibat Isu kebijakan publik yang tak disukai: kebijakan penggusuran beberapa wilayah (Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, dan lainnya) dan kebijakan reklamasi teluk. Kedua, Isu personality, ketiga, isu primordial dan keempat,  hadirnya kompetitor cagub yang baru: Agus Harimurti dan Anies Baswedan.  

"Namun banyak sukses story Ahok yang juga dipuji. Kali jakarta yang bersih, hadirnya pasukan oranye yang sigap membenahi lingkungan, keberanian Ahok melawan sisi gelap politik tetap diapresiasi. Success story itu yang membuat dukungan Ahok masih nomor satu walau sudah merosot drastis," kata Adjie.

Sementara itu, di posisi 2 dan 3, pasangan Anies Baswedan dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono bersaing ketat. Keduanya berada di posisi kedua karena selisih margin of error saja (selisih dukungan di antara mereka lebih kecil dari margin of error 4,8 persen). Agus potensial menjadi kuda hitam karena belum lama menjadi politisi sipil, namun dukungan atasnya sudah meningkat.

"Kembali ke pertanyaan awal, Akankah Ahok kalah di putaran pertama atau di putaran kedua pilkada DKI 2017? Jawabnya, Ahok masih bisa menang jika ia membuat gebrakan baru. Jika tidak, trend menunjukkan Ahok tak sekuat dulu dan bisa dikalahkan. Jika pilkada hari ini, bersatunya kekuatan Anies dan Agus di putaran kedua, potensial mengalahkan Ahok," demikian Adjie Alfaraby.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016