New York (ANTARA News) - Dolar AS melemah Kamis, bersamaan dengan melonjaknya euro ke rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir terkait laporan kemungkinan Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga pada awal Juni mendatang, kata para dealer. Mata uang tunggal Eropa melesat menjadi 1,3503 dolar -- posisi euro tertinggi sejak 3 Januari 2005. Kemudian kembali mundur dan mantap di posisi 1,3480 dolar pada 2100 GMT, meningkat dari 1,3428 dolar di New York pada akhir Rabu. Terhadap mata uang Jepang, dolar dipatok pada 119,14 yen, turun dari 119,34 yen pada Rabu. Di Frankfurt, Kamis, ECB mempertahankan suku bunga acuan "refi" tak berubah pada 3,75 persen sesuai dengan perkiraan. Namun sesudah itu Ketua ECB Jean-Claude Trichet mengatakan bank akan terus memantau risiko inflasi zona euro dengan "sangat cermat" dan menyatakan kembali bahwa kebijakan moneter sekarang "dalam sisi yanga komodatif". Krusial, tidak dia gunakan kata "waspada" sebuah kata kode bahwa secara umum mengindikasikan sebuah kenaikan suku bunga pada pertemuan yang akan datang, kata pernyataan ekonom dari Bear Stearns. "Sebuah kenaikan suku bungan akan terjadi pada Mei, karena Trichet menolak untuk melukiskan ECB dalam "waspada" sebagai respon atas kenaikan harga-harga, namun sebuha kenaikan pada Juni masih dikaji dengan baik --- jika tidak pasti -- bertaruh," kata pernyataan Bear Stearns. Rajesh Shah dari PNC Bank mengatakan pasar sekarang memperkirakan "satu, atau dua kemungkinan ECB menaikkan suku bunganya pada tahun ini," membuat euro lebih menarik. Dolar tidak dapat menguat setelah secara keseluruh data ekonomi AS tidak impresif, kata John Kicklighter dari Forex Capital Markets. Pertama kali diklaim untuk angka pengangguran tak terduga naik 19.000 menjadi 342.000, memberikan kesan penguatan pasar kerja telah kehilangan tenaga. Sebagian laporan memperlihatkan harga-harga impor AS naik 1,7 persen namun ini lebih disebabkan harga energi, kata Kicklighter. "Para pedagang sebagian besar memindahkan dana-dananya ke dalam mata uang dengan prospek suku bunga menjanjikan," kata dia. Sementara yen sedang berjuang dan akan menjadi topik diskusi dalam pertemuan negara-negara G-7 di Washington. Shah mengatakan yen telah kehilangan momentum setelah Trichet mengatakan bahwa mata uang Jepang telah mencerminkan "fundamental ekonomi." "Para pedagang mengambil hal ini sebagai sebuah sinyal bahwa penjualan yen baru-baru ini kemungkinan menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan G-7," tambah dia. Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar berada pada 1,2167 franc Swiss setelah mencapai 1,2207 franc pada Rabu. Sementara pound diperdagangkan pada 1,9785 dolar dari 1,9752 dolar pada Rabu, demikian DPA.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007