Blitar, Jawa Timur (ANTARA News) - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan partainya tidak merisaukan elektabilitas calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama turun terutama akibat gaya berkomunikasinya, sebaliknya memuji petahana yang biasa disebut Ahok sebagai pemimpin yang berani tampil apa adanya.

Menurut Hasto, setiap pemimpin mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda-beda, dari yang lembut, seadanya, sampai yang dibentuk oleh pencitraan.

"Pak Ahok ini tampil apa adanya. Tiap orang dikaruniai kelebihan masing-masing dan kami tidak bermaksud menyeragamkan," kata Hasto di sela-sela ziarah di makam Presiden pertama Soekarno di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sanan Wetan, Kota Blitar, Senin.

Hasto percaya setiap kepempimpinan menghadapi dinamika yang berbeda-beda yang hasilnya mendorong setiap pemimpin untuk lebih baik lagi.

"Dalam sebuah pola komunikasi yang sama, PDIP menganut demokrasi sehingga tiap orang mempunyai kebebasan. Yang kami harapkan memahami kultur kita sebagai bangsa," kata Hasto.

Sembari menegaskan lagi ketidakrisauan partaianya terhadap elektabilitas yang dalam beberapa survei disebut turun, Hasto menegaskan bahwa tugas gubernur itu adalah membangun komitmen kerakyatan dan membangun komitmen kepada masa depan.

"Kalau segala sesuatu hanya berpikir elektabilitas, akan jadi pemimpin yang hanya mengedepankan pencitraan. Pak Ahok sebagai manusia biasa, juga tidak sempurna," papar Hasto.

Sebaliknya, Ahok dan PDIP, terus memperbaiki diri. "Pak Ahok juga memperbaiki diri terus menerus dan ini merupakan proses kultural yang terjadi sebagai penyempurnaan seorang pemimpin," kata Hasto.

Hasil survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) menyebutkan penduduk Jakarta adalah tipikal warga yang membuka kesempatan besar kepada orang baru untuk memimpin Ibu Kota di mana 82 persen publik Jakarta yakin calon alternatif bisa mengalahkan petahana. Namun masih 50 persen pemilih belum mantap menentukan pilihan.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016