Sleman (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta mengingatkan ancaman puting beliung dan angin kencang berpotensi terjadi di daerah yang sebelumnya pernah dilanda puting beliung.

"Gambaran umumnya kawasan yang pernah terjadi puting belung berpotensi akan terjadi lagi," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya, Senin.

Menurut dia, angin kencang dan puting beliung di sebabkan awan CB gelap hitam pekat.

"Tanda-tandanya biasanya pagi hari cuaca cerah dan lama kelamaan menjadi hitam pekat, jika melihat cuaca seperti itu maka ada potensi terjadi puting beliung," katanya.

Ia mengatakan, kejadian puting beliung biasanya terjadi secara sporadis dan bisa terjadi di mana saja, terutama di kawasan yang menjadi ladang panas.

"Biasanya secara sporadis, terjadi kalau ada perbedaan suhu permukaan, angin terkumpul di tempat yang panas, sehingga memicu pertumbuhan angin," katanya.

Tony mengatakan selama periode awal musim hujan, potensi cuaca ekstrem semakin meningkat. Di antaranya hujan lebat intensitas curah hujan di atas 50 mm/hari, petir dan angin kencang berkecepatan di atas 45 kilometer per jam, dan suhu maksimum saat siang hari mencapai 34 derajat celcius.

"Kondisi cuaca ekstrim yang terjadi ini disebabkan perubahan iklim dan beberapa hal lainnya," katanya.

Ia mengatakan, terjadinya cuaca ekstrem tersebut disebabkan anatara lain suhu permukan air laut di selatan Pulau Jawa yang lebih hangat 1-2 derajat celcius dibanding normalnya, kenaikan suhu permukaan air laut di barat Sumatera, kondisi La Nina yang lemah di skala -0.67, melemahnya angin timuran dan menguatnya angin baratan, serta posisi gerak semu matahari pada Oktober berada di atas Jawa atau di sebelah selatan garis ekuator.

"Faktor tersebut mengakibatkan peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah DIY," katanya.

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016