Dubai (ANTARA News) - Perhimpunan kelompok Sunni pimpinan Al Qaida di Irak dalam pernyataannya di lokamaya hari Jumat menyatakan melancarkan serangan maut bom jibaku di gedung parlemen Irak. "Sesudah mengkaji daerah itu, pahlawan dari negara Islam Irak mengenakan sabuk peledak menyusup ke parlemen murtad tersebut. Allah menggunakan tangannya untuk menghancurkan gerombolan kafir itu," kata pernyataan lokamaya Negara Islam Irak tersebut. Pemboman Kamis (12/4) di ruang makan gedung parlemen itu menewaskan satu orang dan mencederai 22 lagi, kata tentara Amerika Serikat hari Jumat, "memperbaiki" angka hari sebelumnya jumlah korban tewas, yang menyebutkan delapan orang, sementara 23 cedera. "Hak membuat aturan hanya dimiliki Tuhan dan siapa pun menyengketakan itu murtad. Anggota parlemen hanya pantas mati," kata pernyataan lokamaya tersebut. "Kami menunda pengumuman ini untuk memungkinkan orang kami menarik diri," tambahnya, juga dengan mengancam melancarkan serangan lebih keras. Parlemen Irak melaksanakan sidang istimewa di Bagdad hari Jumat untuk mengecam pemboman jibaku itu di tengah kebingungan akan jumlah pasti korban kekerasan tersebut. Sidang itu dimulai dengan membacakan ayat suci Alquran. Gambar dalam siaran langsung televisi menunjukkan banyak anggota parlemen tidak hadir di sidang tersebut. Kendati tentara Amerika Serikat menyebut satu korban tewas dan 22 orang cedera, pejabat keamanan Irak terus menyebut korban tewas tiga orang, yakni satu anggota parlemen dan dua jasad tak dikenal. Jurubicara Kementerian Dalam Negeri Brigadir Jenderal Abdul Kareem Khalaf menyatakan hanya dua orang tewas, seorang pria dan seorang wanita, sementara 23 lagi cedera. Pejabat parlemen menyatakan dua yang tewas itu anggota parlemen. Anggota parlemen Irak hari Jumat dalam sidang istimewa itu menyatakan satu wakil rakyat asal kelompok Sunni, Mohammad Awad, tewas akibat ledakan tersebut. Mereka bersumpah bahwa kebocoran menakjubkan atas keamanan itu tidak akan mengacaukan proses politik. Gedung parlemen itu terletak di wilayah disebut Daerah Hijau di kota Bagdad, yang dijaga sangat ketat oleh tentara Irak dan Amerika Serikat. Kelompok mengaku bertanggungjawab itu, yang dibentuk tahun lalu oleh Alqaida dan sejumlah kelompok lebih kecil pejuang Sunni, juga mengaku bertanggungjawab atas serangkaian serangan besar sebelumnya. Tiga karyawan kafetaria parlemen Irak itu ditahan menyangkut serangan bom jibaku di gedung tersebut sehari sebelumnya, kata anggota utama parlemen tersebut hari Jumat. Hasan Senaid dari kelompok berkuasa Persekutuan Syiah menyatakan tidak ada tuduhan terhadap tiga karyawan itu. Ia menyatakan sejumlah petugas parlemen juga diperiksa, tapi menambahkan tidak ada seorang pun ditahan. Ledakan itu terjadi di tengah penegakan keamanan dukungan Amerika Serikat di Bagdad, yang dianggap sebagai upaya terahir mencegah Irak jatuh ke perang saudara aliran habis-habisan. Pejuang jarang menggarap berbagai pos pemeriksaan dan melakukan serangan di dalam Daerah Hijau, walaupun mereka sering menembakkan mortir dan roket ke wilayah itu. Saksi mengatakan kepada kantor berita Inggris Reuters bahwa ledakan itu terjadi di tempat pembayaran di ruang makan tersebut, yang dekat dengan balai utama sidang parlemen. Parlemen pada Kamis itu bersidang, demikian laporan sejumlah kantor berita transnasional, seperti AFP dan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007