Bogota (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 200.000 orang melakukan aksi protes di kota Cali, Kolombia, untuk menolak kekerasan di negara Amerika Selatan tersebut, setelah serangan bom di kota itu. "Demonstrasi ini merupakan contoh bagi seluruh negeri, ini yang pertama kali. Saya selalu menyesal orang Kolombia tidak memprotes kekerasan seperti yang dilakukan orang Spanyol atau orang-orang lain Eropa," kata Menteri Dalam Negeri, Carlos Hilguin, dalam pernyatan yang disiarkan Jumat waktu setempat. Kamis, demonstran yang mengenakan kaos putih dan membawa spanduk-spanduk "FARC-Pembunuh" turun ke jalan-jalan di Cali, kota terbesar ketiga di Kolombia. Protes itu diorganisasi oleh pihak berwenang kota itu dan gubernuran provinsi Valle del Cauca. Senin, ledakan sebuah bom di depan kantor polisi di Cali menewaskan seseorang yang sedang lewat dan mencederai 34 orang. Pihak berwenang menuduh serangan itu dilakukan oleh pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC), yang memerangi pemerintah pusat selama lebih dari 40 tahun. Pemberontak mendanai kegiatan mereka antara lain dari perdagangan narkoba dan terus memiliki kekuatan militer berarti dan sekitar 40.000 pejuang, meski semua upaya telah dilakukan untuk memperlemah mereka. Namun, dalam setahun ini pemerintah telah melucuti sejumlah kelompok paramiliter sayap kanan yang menjadi faktor utama dalam kekerasan tersebut, demikian laporan DPA. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007