London (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia di Doha, Qatar, menyiapkan langkah antisipasi di Messaid untuk mengatasi masalah warga negara Indonesia di negara tersebut menyusul memanasnya situasi keamanan di Yaman dan Suriah.

Adanya berbagai teror dan serangan yang menggunakan rudal balistik yang ditujukan ke kota Khamis Musheit dan Jizan di Saudi Arabia kemungkinan terjadinya eskalasi memburuknya kondisi keamanan di kawasan Timur Tengah, khususnya Qatar, yang berbatasan langsung dengan Saudi Arabia, kata Minister Counsellor KBRI Doha Boy Dharmawan kepada Antara London, Minggu.

Dubes RI untuk Qatar Marsekal Madya TNI (Purnawirawan) Muhamad Basri Sidehabi menghimbau WNI tetap tenang dan menjalankan aktivitas sehari-hari dengan meningkatkan kewaspadaan dan selalu mencermati perkembangan situasi keamanan di sekitarnya melalui berbagai sarana.

Selain berkoordinasi dengan pihak keamanan, KBRI berkerja sama dengan Tim Tanggap Darurat dan Satgas KBRI Doha guna memantau perkembangan jika keadaan memburuk.

Berdasarkan pemantauan, situasi di Qatar pada umumnya berjalan normal. Namun, terdapat beberapa penjagaan, khususnya kawasan yang dianggap vital seperti pusat pemerintahan, tempat-tempat ibadah, bandara, stasiun, terminal bus, fasilitas publik, dan pusat perbelanjaan yang biasanya ramai dikunjungi masyarakat.

Menurut Dubes Basri, KBRI sedang menyiapkan langkah antisipasi dan simulasi, di antaranya bersama Satgas Tanggap Darurat di Kota Messaid untuk mengantisipasi kondisi darurat guna melindungi WNI dan aset Pemerintah RI di Qatar pada tanggal 15 Oktober 2016.

Mantan anggota DPR itu mengatakan bahwa KBRI melakukan persiapan itu mengingat besarnya jumlah WNI di Qatar. Berdasarkan informasi International Organisation for Migration (IOM) jumlah WNI pada tahun 2015 sekitar 43.000 orang. Mereka tersebar di seluruh Qatar, terutama di Al Khor, Dukhan, Umm Said, Al Shamal, Doha, dan daerah di sekitarnya.

Dijelaskan pula bagaimana peliknya evakuasi WNI seperti ketika terjadi konflik di Yaman dan Libya yang hanya berjumlah ribuan.

"Evakuasi WNI di Yaman merupakan evakuasi terbesar dalam sejarah Indonesia, bagaimana jika itu terjadi di Qatar dengan jumlah 40.000-an WNI," kata mantan Pilot F-16 pertama Indonesia itu.

Febi Ardiyansah, Koordinator Tanggap Darurat Komunitas Indonesia di kota Messaid, menyambut baik upaya antisipasi guna menghadapi kondisi darurat agar para WNI lebih waspada dan mengerti garis komando.

"Sinergi ormas dengan KBRI berdampak positif guna meredakan ketegangan yang dialami para WNI dalam menyikapi kondisi keamanan di Timur Tengah, akhir akhir ini." ujar Febi yang bekerja pada Qatar Petrochemical Company (Qapco) dan bermukim satu dekade di Messaid.

Baban Robana, tokoh ormas Baraya Sunda Qatar (BSQ) Messaid asal Sukabumi, juga mengapresiasi kebijakan KBRI dalam upaya melindungi dan melayani WNI di Qatar.

"Upaya antisipasi harus dilakukan agar masyarakat tahu apa yang perlu dilakukan," kata karyawan Qatar Alumunium (Qatalum) yang telah bermukim 8 tahun di Qatar.

Menurut Kuasa Usaha Ad-interim KBRI Doha Boy Dharmawan, KBRI melakukan koordinasi dan kerja sama dengan wakil-wakil dari 51 organisasi masyarakat di Qatar dalam membuat contingency plan.

"Kebijakan tersebut merupakan langkah antisipasi kondisi darurat guna melindungi WNI dan aset pemerintah RI di Qatar," kata Pejabat Pelaksana Fungsi Politik ini.

Guna memaksimalkan pelayanan KBRI secara simultan membuka pelayanan Warung Kekonsuleran guna melayani WNI di kota Messaid, sekitar 40 km dari Ibukota Qatar, Doha. Pelayanan disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dan diselenggarakan di akhir pekan agar memudahkan bagi komunitas Indonesia yang tidak bisa hadir di KBRI pada hari kerja.

Menurut Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler Zaenur Rofid, kegiatan itu merupakan bentuk jemput bola dalam pelayanan masyarakat. Kegiatan meliputi pengurusan paspor, legalisasi dokumen, konsultasi kekonsuleran, dan ketenagakerjaan, serta mendata jumlah WNI di Messaid.

(H-ZG/D007)

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016