Baghdad (ANTARA News) - Pasukan pemerintah Irak, dengan dukungan kekuatan udara Amerka Serikat, Senin, memulai operasi militer pembebasan Mosul dari kelompok bersenjata ISIS.

Mosul adalah kota besar bagian utara Irak yang menjadi benteng pertahanan terakhir kekuasaan ISIS di negara 1001 Malam itu.

Sejumlah helikopter terbang di atas kota Mosul, sementara suara ledakan terdengar dari timur kota. Di wilayah itu, para pejuang Kurdi turut mengepung kota dengan mengambil alih desa-desa sekitar, demikian keterangan koresponden Reuters.

Pihak Amerika Serikat memperkirakan ISIS akan mengalami "kekalahan untuk selamanya" setelah pasukan Irak memulai operasi militer terbesar sejak Washington menarik pasukannya dari negara tersebut pada 2011 lalu.

Sekitar 30.000 tentara Irak, pejuang Peshmerga dari Kurdi, dan milisi Sunni akan terlibat dalam serangan di Mosul. Mereka akan mengusir sekitar 4.000 sampai 8.000 anggota ISIS di kota berpenduduk 1,5 juta jiwa itu.

"Hari ini adalah hari dimulainya operasi gagah berani untuk membebaskan Mosul dari terorr kelompok ISIS," kata Perdana Menteri Irak, Haider Abadi, dalam pidato yang disiarkan televisi negara.

"Kita akan segera bertemu di Mosul untuk merayakan pembebasan ini," kata dia.

Menurut Komandan Koalisi Internasional yang membantu operasi pembebasan Mosul, Letnan Jenderal Stephen Townsend (Amerika Serikat), pertempuran akan berlangsung selama beberapa pekan bahkan lebih.

"Ini adalah momen menentukan untuk mengalahkan ISIS selamanya," kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Ashton Carter, dalam pernyataan tertulis.

"Kami yakin pasukan Irak akan menang melawan musuh bersama dan membebaskan Mosul, serta bagian Irak lainnya, dari brutalitas dan kebencian ISIS," kata Carter.

Pada 2014 di Masjid Agung Mosul, pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, memproklamasikan kekhalifahan untuk wilayah Irak dan negara tetangga, Suriah.

ISIS sejak akhir tahun lalu terus mengalami kekahalan dan kehilangan wilayah akibat desakan dari pasukan pemerintah, gerilyawan Kurdi, dan milisi Syiah.

Sekitar 4.000 gerilyawan Kurdi turut serta dalam operasi pembebasan Misil dengan menyerang desa-desa di sekitar timur Mosul. Sementara di sisi selatan, pasukan Irak juga mendesak maju.

Pada Senin pagi, Abadi menegaskan, operasi pembebasan Mosul tidak akan memicu perpecahan sektarian. Hanya pasukan dan polisi Irak yang diizinkan memasuki pusat kota Mosul yang mayoritas penduduknya Sunni.

Sejumlah politisi Sunni setempat, serta negara-negara Sunni lain seperti Turki dan Arab Saudi, telah memperingatkan untuk tidak melibatkan milisi Syiah dalam operasi pembebasan Mosul karena akan memicu kekerasan sektarian.

Pihak tentara Irak telah menjatuhkan puluhan ribu pamflet dari atas udara kota Mosul yang memperingatkan warga mengenai datangnya serangan.

Pamflet itu juga menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menyasar warga sipil dan menyerukan kepada mereka untuk menghindari lokasi persembunyian ISIS.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016