Jakarta (ANTARA News) - Penyerapan pupuk area di sejumlah daerah masih rendah, karena kini masih masa panen, kata Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo. "Berdasarkan survei saya di daerah Purbalingga, Jawa Tengah, petani mengaku tidak terlalu membutuhkan pupuk karena masih panen," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Senin. Menurut Ganjar, pupuk kemungkinan besar akan sangat dibutuhkan para petani sekitar satu bulan mendatang. Sementara itu, Dirut PT Pupuk Sriwijaya, Dadang Heru Kodri, mengemukakan bahwa total realisasi penyerapan pupuk urea pada Januari hingga Maret 2007 mencapai 995.870 ton, dibawah alokasi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No 66/2006 pada periode tersebut sebesar 1.517.900 ton. Untuk tahun 2007, ketentuan alokasi penyerapan pupuk urea adalah 4,3 juta ton, sedangkan realisasi penyerapan pada tahun 2006 mencapai 3,962 juta ton. "Penyerapan pupuk di Jawa relatif tinggi mencapai sekitar 90 persen, sedangkan total penyerapan pupuk di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan sejumlah daerah lain di Kawasan Indonesia Timur hanya mencapai sekitar 65 persen," kata Dadang. Mengenai penjualan gabah pada masa panen, Ganjar memaparkan, masih terdapat gabah yang dijual petani ke berbagai pihak dengan harga di bawah HPP baru yang telah ditetapkan pemerintah mulai 1 April 2007 melalui Inpres No 3/2007. "Pemerintah memiliki kewajiban untuk mensosialisasikan kepada publik seluas-luasnya karena tidak semua orang bisa mengakses ke media," ujar dia. Selain itu, lanjutnya, Bulog seharusnya memotong jalur birokrasinya yang rumit, sehingga para petani enggan ke tengkulak dan mau menjual gabahnya ke Bulog. Untuk itu, Ganjar mengaku telah menghubungi Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, untuk menagih janji menyerap gabah petani semaksimal mungkin. Mustafa pada Rabu (11/4) mengungkapkan hingga kini masih banyak Bulog di daerah yang belum siap melakukan penyerapan gabah petani lantaran berbagai faktor, antara lain belum tersedianya dana pembelian gabah petani. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007