Ngabang, Kalimantan Barat (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Oedang mengimbau agar penyediaan alat-alat di Rumah Sakit Umum Daerah Landak segera ditingkatkan untuk menghindari masyarakat lebih memilih berobat di negeri seberang di Malaysia.




Menurut Oesman, RSUD Landak memiliki potensi untuk menjadi rumah sakit yang besar, karena memiliki posisi strategis di tengah wilayah Provinsi Kalimantan Barat.  




"Mereka yang hendak berobat, tidak perlu ke Pontianak, atau Malaysia, cukup ke Landak saja, asalkan fasilitasnya dilengkapi," kata Oesman saat mengunjungi RSUD Landak, Provinsi Kalbar,  Rabu.




"Rumah sakit ini harus dikembangkan terutama penyediaan alat-alat kesehatan yang masih kurang padahal rumah sakit ini masuk golongan C, agar kesehatan masyarakat betul-betul mendapat perhatian," tambahnya.




Menurutnya, RSUD Landak sudah seharusnya menjadi pusat pelayanan kesehatan namun saat ini belum ada pelayanan untuk penyakit jantung. Tujuannya agar RSUD tersebut bisa menjadi rujukan bagi masyarakat, termasuk masyarakat di luar Kabupaten Landak.




"Minta anggaran ke komisi IX, ini kan rumah sakit dilewati beberapa kabupaten. Saya setuju dipusatkan di bidang perawatan inap. Kuncinya di peralatan, kalau enggak orang larinya ke Pontianak atau Malaysia," imbuh dia.




Pada kesempatan itu Oso, sapaan akrabnya, berkesempatan  mengunjungi fasilitas yang dimiliki RSUD Landak, dan mendapat penjelasan dari Direktur RSUD Landak Pius Edwin.




"Dari survey bulan lalu, rumah sakit ini perdana terakreditasi, itu prestasi untuk Kabupaten Landak. Meskipun keuntungan masih jauh. Pendapatan 2016 mencapai Rp9 miliar, dari investasi sejak 2007 sebesar Rp20 miliar," jelas Pius.




Sebelum ke RSUD, Oso berkesempatan mengunjungi keraton Ismahayana Landak yang hanya berjarak beberapa  ratus meter saja dari RSUD. Oso sempat melihat dari dekat bangunan keraton. 




Ia juga berpesan kepada Gusti Hermansyah selaku kuncen keraton agar terus merawat dan menjaga keraton. Terlebih karena karton memiliki jasa yang besar bagi perjuangan  kemerdekaan Indonesia.




Pewarta: Monalisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2016