Jakarta (ANTARA News) - Badan Nakotika Provinsi (BNP) DKI Jakarta meluncurkan "Drug Campaign Goes To School" (kampanye anti obat terlarang di sekolah) di Graha Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu, yang diikuti para pelajar dari 20 SLTA, para guru pendamping, dan 26 perguruan tinggi negeri dan swasta. Kegiatan "Drug Campagn Goes to School adalah upaya BNP memberikan variasi "drug education" (pendidikan soal obat terlarang) kepada pelajar dan mahasiswa, memberikan pengetahuan tentang pola hidup sehat, memberikan kesempatan menunjukkan bakat di bidang seni. Selain itu memberdayakan satuan tugas SLTA dan kampus untuk pencegahan peredaran dan penyalahgunaan narkoba, sekaligus sebagai rangkaian perayaan hari narkoba internasional yang tahun ini jatuh pada 26 Juni 2007. Ketua BNP DKI Jakarta H Fauzi Bowo menyerukan mahasiswa dan siswa SMA untuk memerangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Fauzi Bowo berharap, setelah digelarnya acara "Drug Campaign Goes to School" tersebut, semua siswa yang turut serta menjadi pemimpin di sekolahnya masing-masing untuk mengatasi masalah narkoba. Fauzi Bowo mengatakan, usia rawan terkena narkoba antara 13-17 tahun. "Kalau sudah sekali terkena, kemungkinan untuk keluar dari lingkaran bahasa narkoba ini sangat sulit. Ini bukan sekedar omongan, melainkan telah ditunjukkan melalui penelitian," tegasnya. Sementara itu, Ketua Pelaksana Harian BNP Dr.dr. Soedirman menjelaskan, situasi peredaran narkoba di kalangan anak-anak dan remaja Jakarta, sesuai hasil penelitian Badan Narkotika Provinsi, sangat memprihatinkan. Dari kajian cepat yang diprakarsai Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyimpulkan, sebagian responden mengakui mulai menjual obat pada saat menginjak usia 13 tahun atau kurang, dan masih belajar di sekolah dasar. Fenomena ini sejalan dengan usia krisis keterlibatan anak dalam perdagangan narkoba, yaitu 12-13 tahun dan untuk peredaran ganja, 13-15 tahun untuk peredaran heroin. Sementara hasil kajian dari "School Base Survey" tahun 2006 di 53 SLTP, 57 SLTA, dan 53 SMK di 5 wilayah Provinsi DKI, menunjukkan, usia siswa waktu pertama kali mencoba narkoba adalah 13-17 tahun. Dari 13.554 responden yang menyalahgunakan narkoba di wilayah Jakarta Timur sebanyak 5,8 persen dari 2.865 siswa, Jakarta Pusat 10,8 persen dari 2.654 siswa, di Jakarta Barat 7 persen dari 2.833, di Jakarta Pusat 9,8 persen dari 2.600 siswa, dan di Jakarta Selatan 7,7 persen dari 2.500 siswa. Jenis narkoba yang disalahgunakan meliputi, obat penenang 1,1 persen, ganja 3,2 persen, heroin 0,3 persen, shabu-ektasi 0,6 persen, dan jamur 0,3 persen. "Fenomena di Jakarta sangat mewakili situasi di Indonesia. Jika generasi muda telah menjadi korban, kapan lagi kita bertindak kalau bukan sekarang," kata Soedirman.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007