Medan (ANTARA News) - Iklim investasi di Sumatera Utara (Sumut) tahun ini tetap kurang kondusif, dan tercermin dari masih tingginya jumlah kredit yang tidak tersalurkan ke nasabah (undisbursed) di perbankan daerah itu mencapai Rp6,56 triliun pada Februari 2007. Pemimpin Bank Indonesia (BI) Medan, Romeo Rissal, Kamis, mengatakan "undisburse" yang tinggi itu terutama pada peruntukan kredit modal dan investasi. Padahal, "undisburse" itu menunjukkan bahwa perekonomian di daerah itu belum berjalan sepenuhnya, meski pada tahun lalu ekonomi Sumut tumbuh 6,18 persen, katanya dalam "eminar Evaluasi Perkembangan Ekonomi Terkini, Prospek Perekonomian 2007 dan Arah Kebijakan Moneter" yang digelar BI Medan. "Undisbursed" itu, menurut dia, juga terjadi lantaran kondisi pasar yang masih belum bergairah akibat daya beli masyarakat yang masih rendah dan iklim investasi/usaha yang kurang kondusif. Dia mengimbau perbankan, agar pro-aktif sehingga kredit yang dipersiapkan itu tersalur dan bisa menggerakkan perekonomian daerah. "Tahun ini harus dimanfaatkan untuk mendorong sektor riil karena kalau tidak stabilitas perekonomian tahun 2008 dan 2009 akan terganggu karena pada tahun itu bangsa disibukkan dengan kegiatan pemilihan umum (Pemilu) dan pemlihan kepala daerah (Pilkada)," katanya. Kegiatan Pemilu dan Pilkada akan menyedot sebagian besar sumberdaya yang bisa mengancam kestabilan perekonomian. "Pembangkitan sektor rill merupakan tantangan terbesar pada perbankan," katanya. Dia mengakui, hingga tahun ini sistim ekonomi masih berpihak pada ekonomi konglomerasi, dimana penyaluran kredit perbankan Sumut masih terkonsentrasi pada pengusaha besar. Dari total kredit pada Februari 2007 sebesar Rp40 triliun, kredit untuk pengusaha besar mencapai Rp23 triliun atau 67 persen. Sisanya kepada usaha menengah sebesar Rp11 triliun atau 28 persen dan kepada usaha menegah kecil (UMK) sebanyak Rp6 triliun atau 15 persen. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007