Jakarta (ANTARA News) - Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) menyelenggarakan program Telisik Tari dengan mengusung tema Tari Melayu untuk mengingatkan kembali bahwa banyak budaya Indonesia yang berdasar pada budaya Melayu.

"Fokus ini kami ambil dengan tujuan untuk mengingatkan kembali bahwa banyak budaya Indonesia berdasar pada budaya Melayu. Kami merasa generasi muda saat ini melihat Melayu seakan-akan adalah milik negara tetangga," kata Ketua Komite Tari DKJ Hartati di Jakarta, Kamis.

Untuk itu pada Telisik Tari 2016, DKJ sengaja mengangkat Tari Melayu untuk dibahas bersama, ujar dia.

Ia mengatakan tari Melayu adalah satu di antara produk budaya masyarakat yang ada di Nusantara yang tidak luput mengalami pengaruh dan dinamika sejarah dan sosial masyarakat. Sebagai sebuah produk dari sebuah entitas masyarakat, tari Melayu dalam kesejarahannya tidak bisa merujuk pada sebuah batas teritori satu wilayah, dan bahkan satu negara tertentu.

Tari ini, lebih lanjut ia mengatakan adalah produk sebuah bangsa yang bisa dilacak hadir sebelum adanya batas negara, sehingga keberadaannya bisa dirujuk pada banyak negara dalam satu kawasan. Sebagai budaya, Melayu pada dasarnya tidak bisa diklaim sebagai milik satu negara tertentu.

Pada periode tahun 1950an, menurut dia, tari Melayu banyak berkembang di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam. Bahkan Soekarno sempat mencanangkan para pemudi-pemuda Indonesia untuk belajar tari Melayu Serampang 12 sebagai usaha untuk membentengi pergaulan dari tarian-tarian budaya Barat (Cha-Cha, Waltz, Agogo) yang trend di kalangan anak muda kala itu.

Jauh sebelumnya pada masa kemerdekaan, ia mengatakan budaya Melayu sebenarnya juga sangat dekat dengan hiburan rakyat, seperti pada teater bangsawan ataupun Komedi Stamboel, serta pada masa masuknya Islam di Nusantara yang banyak menggunakan budaya Melayu sebagai alat syiar agama.

Hartati mengatakan "telisik" tari adalah platform untuk mendiskusikan isu-isu seputar tari tradisional di Indonesia secara kritis. Program ini adalah program pengembangan dan penyempurnaan dari program sebelumnya, "Maestro! Maestro!", dengan berbasis wacana.

Komite Tari DKJ melibatkan pakar-pakar di bidang kesenian Melayu sebagai konsultan dalam merancang rangkaian acara yang terdiri dari seminar, master class, dan pertunjukan yang berbasis riset.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016