Jayapura (ANTARA News) - Suku Mee dan Moni yang terlibat perang di Desa Wadio, Distrik Wanggar, Kabupaten Nabire, Papua, sejak Jumat (20/4) hingga Sabtu (21/4) akhirnya bersepakat untuk berdamai, dan upacara perdamaian direncanakan digelar Senin (23/4). Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres) Nabire, Kompol Edy Kurniawan, melalui telepon selularnya kepada ANTARA News di Jayapura, Sabtu, mengatakan bahwa situasi terakhir akibat perang suku yang terjadi desa Wadio Distrik Wanggar selama dua hari berturut-turut telah kondusif dan kedua belah pihak yang bertikai bersepakat untuk berdamai. "Pertemuan kedua suku yaitu Mee dan Moni di Mapolres Nabire sejak pukul 15.00 WIT-16.30 WIT hari ini, mencapai kesepakatan untuk berdamai," katanya. Kesepakatan itu lanjutnya dihadiri para pemuka masyarakat, tokoh adat dan Muspida Kabupaten Nabire. Setelah sepakat berdamai, kedua suku itu akan melakukan upacara adat tradisional "bakar batu" sesuai tradisi masyarakat adat Pegunungan Tengah, Papua, yaitu memasak makanan berupa daging babi, ubi jalar dan berbagai jenis sayuran dengan menggunakan bara batu yang dibakar. Akibat perang saudara itu, dilaporkan sedikit-dikitnya ada 40 orang dari kedua suku menjadi korban dan mereka itu sedang dirawat intensif di RSUD Nabire. Senjata yang digunakan dalam perang tersebut berupa parang, panah dan batu. Dia menjelaskan, perang suku tersebut berawal dari kejadian kecelakaan lalu lintas yang telah ditangani pihak kepolisian. Namun, pihak korban (suku Mee) meminta tersangka (suku Moni) untuk membayar denda adat sebesar Rp5 miliar. "Ada beberapa kali pertemuan yang dilakukan untuk membayar denda yaitu 22 Maret hingga 2 April tetapi tuntutan itu belum tercapai dan terakhir 18 April dilakukan pengecekan dana itu ternyata tidak mencapai Rp 5 miliar, akhirnya menimbulkan konflik perang suku," katanya. Sejak pukul 15.00 WIT Suku Moni telah menyerahkan diri ke Mapolres Nabire. Kedua suku, yaitu Mee dan Moni, sepakat untuk berdamai. Perdamaian yang semula direncanakan pada pukul 17.00 WIT di Map

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007