Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta bimbingan dan masukan dari para ulama untuk seluruh pemimpin dan pejabat bangsa, agar dapat menjalankan tugas sesuai dengan amanah masyarakat. Demikian ceramah singkat Presiden Yudhoyono, dalam acara silaturahmi ulama dan habib se-Jakarta, yang dihadiri sekitar seribu Jama`ah Majlis Ta`lim Al Habib Ali Alhabsyi, Islamic Center Indonesia, di Kwitang, Jakarta, Minggu. "Masukan dan bimbingan dari ulama itu juga dimaksudkan agar seluruh masyarakat, khususnya umat Islam, memiliki perilaku, kepribadian, dan akhlak yang baik," ujar Presiden. Presiden Yudhoyono juga menjelaskan, dengan demikian bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya umat Islam tidak menjadi bangsa yang merugi. Dijelaskannya dalam menjalankan tugas-tugasnya, para pemimpin dan pejabat pemerintah menghadapi tantangan yang tidak ringan, sehingga mereka harus lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan amanah rakyat. Menurut Presiden, sebagai umat Islam seluruh masyarakat diharapkan mampu mawas diri dalam kehidupan berbangsa, bertutur kata yang baik, bersikap sopan, dan berbudi pekerti yang baik. "Umat Islam sebagai kelompok mayoritas di Indonesia juga bisa menentukan mana yang hak dan mana yang bathil, mana yang buruk mana yang baik, mana yang ma`ruf dan mana yang mungkar," ujar Presiden. Semua umat Islam juga harus bisa menahan diri agar tidak saling fitnah dan saling menghasut karena semua itu jauh dari ajaran Islam. Untuk itu, Presiden mengimbau semua masyarakat mencari solusi dan memecahkan masalah yang dihadapi bangsa ini. Presiden juga meminta elit politik untuk membantu masyarakat bukannya justru memprovokasi. "Jangan sampai waktu yang kita siapkan hanya untuk memfitnah, mendzalimi warga lain," katanya. Dengan demikian, tegas Presiden, krisis kepribadian, krisis budi pekerti dan krisis moral yang sedang melanda negeri ini harus dapat diatasi. Terkait dengan banyaknya musibah yang terjadi di Indonesia belakangan ini, Presiden juga berpesan agar umat Islam hanya melakukan pendekatan rasional dalam menanggapi persoalan tersebut. "Sebagai umat yang beragama, warga Islam khususnya jangan menilai kejadian dan musibah itu dari sisi mistik, takhayul, syirik, tetapi dari dimensi keilmuan dan keagamaan serta ke Islaman," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007