Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menduga kuat Amerika Serikat (AS) tak akan berani menyerang Iran secara militer. "Kalau menyerang secara militer, sepertinya AS tidak berani. Tapi kalau secara ekonomi atau blokade, mungkin saja," kata Hasyim kepada wartawan usai menerima kunjungan Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Catherine Boivineau, di Kantor PBNU, Jakarta, Senin. Alasannya, Iran merupakan negara yang utuh dan kuat. Selain dukungan penuh dari rakyatnya, Iran juga memiliki dukungan politik yang luas dari sejumlah negara dan kelompok-kelompok militan lain. "Iran ini negara utuh yang tidak tergantung pada negara lain. Juga punya 'kaki' di mana-mana, nekat-nekat lagi," katanya. Iran jelas beda dengan Irak. Menurut Hasyim, Irak itu rapuh, telah dimiskinkan terlebih dahulu, dibuat konflik di dalamnya dan tidak punya 'kaki' di mana-mana, sehingga mudah untuk dihancurkan. Lebih lanjut Hasyim mengemukakan negara-negara Barat sekutu AS pun akan berpikir ulang jika Iran semakin meningkatkan perlawanan dan menolak tunduk pada sanksi DK PBB, terutama dalam prorgram pengayaan uraniumnya. Resolusi Terkait pertemuannya dengan Dubes Prancis, Hasyim menceritakan bahwa Prancis dan Uni Eropa mendukung Resolusi 1747 DK PBB pada dasarnya untuk membuka ruang dialog antara Iran dan DK PBB. "Dubes Prancis berpendapat bahwa resolusi itu sesungguhnya lebih merupakan uluran tangan dari Uni Eropa (UE) untuk dialog dari pada sanksi itu sendiri," katanya. Namun demikian, bagi Hasyim pendapat tersebut merupakan hal baru yang memerlukan diskusi dan penjelasan lebih lengkap lagi. Pasalnya, di Indonesia resolusi DK PBB yang disepakati secara bulat oleh 15 negara anggota DK PBB, termasuk Indonesia, pada 25 Maret lalu, itu dinilai sebagai sebuah bentuk tekanan terhadap Iran. "Di Indonesia, resolusi itu dinilai bukan uluran tangan untuk dialog, tapi membuka jalan bagi Amerika Serikat lewat DK PBB untuk meningkatkan tekanan ke tingkat yang lebih berat. Kalau Prancis punya pendapat seperti itu, maka menarik buat saya," katanya. Hasyim menilai, pendapat itu tidak lebih dari upaya UE untuk menyatakan diri berbeda dengan AS sekalipun pada dasarnya juga khawatir terhadap program nuklir Iran. (*)

Copyright © ANTARA 2007