Mesuji, Lampung (ANTARA News) - Banjir melanda sebagian wilayah tiga kecamatan di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, setelah hujan deras mengguyur pada Minggu siang.

Permukiman dan lingkungan warga pada tiga kecamatan di Mesuji dengan puluhan desa itu tergenang banjir dengan ketinggian air sekitar 1 meter.

Banjir itu menggenangi sejumlah desa di Kecamatan Mesuji Timur, Kecamatan Mesuji, dan Rawajitu Utara.

Kades Sidang Muara Jaya, Kecamatan Rawa Jitu Utara, Benuang Ali Topa menuturkan, hujan deras dalam beberapa hari terakhir memicu sungai-sungai meluap dan menyebabkan banjir.

Maklum rumah warga di tiga kecamatan ini berdiri di areal rawa yang rentan terendam banjir, ungkap Benuang.

"Seperti rumah saya yang berada di Desa Sidang Muara Jaya juga ikut terendam banjir, akibatnya kami kesulitan untuk melaksanakan tugas desa dengan baik," ucapnya.

Tak hanya rumah warga, banjir juga merendam fasilitas umum seperti balai desa, sekolah, dan puskesmas di Kecamatan Rawa Jitu Utara.

Di Kecamatan Mesuji dan Mesuji Timur, banjir juga merendam ratusan rumah warga serta rumah ibadah dan jembatan penyeberangan. Akibatnya, akses ekonomi warga putus total.

Sohari (50), warga Desa Sidang Muara Jaya meminta Pemerintah Kabupaten Mesuji dan instasi terkait agar turun ke lokasi banjir untuk memantau kondisi masyarakat dan membantu korban banjir itu.

"Kami kesulitan, karena semua akses jalan terputus total, dan banjir ini adalah terbesar yang pernah terjadi dari tahun sebelumnya. Banjir juga memutuskan jalan di tiga kampung yaitu Sritanjung, Tanjung Harapan, dan Kagungan Dalam yang mengakibatkan akset ekonomi lumpuh total," ujarnya.

Secara terpisah, Dedi, salah satu pejabat kepala bidang pada Dinas Sosial Kabupaten Mesuji mengakui hingga kini bantuan dari pemerintah dan sumbangan pihak ketiga belum disalurkan untuk para korban banjir itu.

Namun, menurutnya, hari ini para pegawai dan relawan sedang memilah-milah bantuan untuk kemudian dibungkus dalam paket dan segera disalurkan.

"Kalau malam ini selesai, besok mulai didistribusikan. Bantuan yang disalurkan berupa kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, mi instan, dan beras," tuturnya.

Selain terhambat karena masih harus memilah bantuan, menurut Dedi, kendala untuk menyalurkan bantuan adalah belum ada data jumlah korban banjir dari lurah atau camat masing-masing wilayah. "Tadi saya sudah minta camat dan lurah mendata warganya, mudah-mudahan besok sudah selesai pendataannya," ucap Dedi.

Dia menegaskan bantuan akan diprioritaskan untuk daerah yang paling parah terkena banjir, serta warga korban banjir yang tidak mampu.

Menurut dia, hal itu dilakukan karena tidak mencukupi jumlah bantuan, sehingga yang paling parah akan didahulukan diberi bantuan.

Selain itu, Dedi mengaku jika anggaran bantuan bencana di instansinya sangat terbatas dan minim sekali, sehingga untuk membantu korban banjir yang rumahnya rusak berat harus meminta suntikan dana dari pemerintah provinsi atau pemerintah pusat. "Dana yang kami gunakan dari anggaran tak terduga," imbuhnya.

Pewarta: Budisantoso B & Raharja
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016