Jakarta (ANTARA News) - Afghanistan belajar menangani konflik dari Indonesia dengan mengirim sejumlah ulamanya baru-baru ini untuk mengikuti "Workshop Islam, Leadership, and Peace Building, Study and Dialogue Visit to Jakarta".

Atas inisiatif dan dukungan mitra internasional seperti Changing Perspectives Consulting (CPC), Norwegian Church Aid (NCA) dan Saneeyee Development Organization, International Conference of Islamic Scholars (ICIS) dalam siaran persnya yang diterima Antara di Jakarta, Senin, menyebutkan pihaknya menyelenggarakan tahapan awal dari rencana serial tersebut.

Acara yang diikuti oleh 20 ulama Afghanistan tersebut merupakan sumbangan Indonesia untuk membantu proses transisi dan perdamaian antarfaksi yang saat ini sedang berjalan di negara para mullah itu. Kegiatan yang berlangsung pada 10-16 Desember 2016 itu dirancang dengan mengombinasikan kuliah, diskusi dan kunjungana lapangan.

Sejak berdiri pada tahun 2002, ICIS telah aktif menjembatani perdamaian dan resolusi konflik di wilayah-wilayah yang masih dilanda perang dan krisis politik termasuk di Afghanistan.

Upaya yang dilakukan oleh ICIS menjadi bagian penting dalam proses diplomasi lini kedua untuk menyangga diplomasi lini pertama yang dilakukan oleh negara.

Pelaksanaan kunjungan lapangan dilakukan dengan berkunjung ke sejumlah lembaga negara, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat antara lain Gedung DPR, Komnas HAM, Kantor MUI, Wahid Institute, Kementerian Sosial, serta Islamic Center Harokatul Jannah di Bogor.

Sejumlah pakar dan tokoh yang menjadi narasumber lokaakarya tersebut antara lain Wakil PresidenI M. Jusuf Kalla, Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawangsa dan Kepala Litbang Kemenag RI Abdurrahman Masud.

Lokakarya itu dilaksanakan sebagai tanggapan dari keinginan para ulama Afghanistan yang ingin belajar dari pengalaman Indonesia dalam menangani konflik seperti Aceh, Ambon dan Poso. Pengalaman inilah yang diharapkan dapat dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan konflik politik di Afghanistan.

Pelan-pelan para ulama Afghanistan saat ini mengalami pergeseran pemikiran menuju Islam moderat. Kalangan ulama dan tokoh agama Afghanistan sudah mulai menyadari pentingnya konsep Islam rahmatan lil alamin yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dan kepemimpinan di negara terpadat ke-42 di dunia ini.

Kegiatan itu sekaligus membuktikan bahwa Indonesia telah menjadi kiblat untuk pengembangan Islam moderat secara global. Indonesia secara nyata diakui menjadi "role model" pembelajaran membangun masyarakat Islam yang moderat. Pengakuan dari negara lain tentang pemikiran Islam moderat di Indonesia merupakan satu potensi yang harus didukung oleh semua pihak, baik pemerintah, masyarakat sipil, kelompok agama maupun kelompok sosial lainnya.

Sejumlah topik yang menjadi bahan diskusi antara lain mengenalkan Indonesia dan ICIS, Islam and Peace in Indonesia, Islam and Justice, The Importance of Sharia Law in Indonesia, The Role of Interreligious Institutions in Indonesia, The Importance of Religious Leaders in Supporting Peace and Reconciliation, Woman and Politic in Indonesia, dan Developing a Religious-Based Peace Building Organization.

Selain tema tersebut, delegasi ulama Afghanistan juga mendapatkan pelatihan serta simulasi membangun perdamaian dengan pendekatan berbeda di Wahid Institute. Mereka juga mengunjungi masjid dan komunitas percontohan di Islamic Center Harokatul Jannah Ciawi, Bogor

Pewarta: Mohammad Anthoni
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016