Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia meminta eksportir dan importir untuk dapat mengoptimalkan penggunaan mata uang lokal dalam bertransaksi, dan memanfaatkan fasilitas "local currency settlement" yang sudah dijalin dengan Malaysia dan Thailand.

Dengan "local currency settlement", masing-masing bank sentral di tiga negara tersebut akan memfasilitasi dan memberi kemudahan peraturan bagi eksportir dan importir untuk menggunakan mata uang lokal, kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam pesan singkat diterima Antara di Jakarta, Jumat.

Namun, kata Mirza, peningkatan penggunaan mata uang lokal memang perlu waktu dan tidak bisa serta merta.

"Perlu sosialisasi kepada eksportir dan importir agar mereka bersedia membayar ekspor atau impor bukan dengan dolar AS tapi dengan mata uang lokal," ujarnya.

Dalam jangka panjang, Mirza meyakini, kerja sama "local currency settlement" ini akan megurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

"Secara jangka panjang, kerja sama ini akan positif bagi perdagangan dan investasi," ucap Mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan ini.

Pada Jumat ini, BI dengan Bank Negara Malaysia, dan Bank of Thailand menandatanganani nota kesepahaman kerangka kerja sama penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal.

Skema "local currency settlement" ini diharapkan akan meningkatkan penggunaan mata uang lokal, sekaligus mengurangi risiko di tengah volatilitas pasar keuangan global.

"Kerja sama tersebut juga akan memberikan manfaat bagi pelaku usaha melalui pengurangan biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi perdagangan dan investasi," ujar pernyataan BI.

Untuk mengurangi ketergangungan terhadap dolar AS, Indonesia sebelumnya mejalin kerja sama dengan kerangka lain yakni "bilateral currency swap agreement" (BCSA). Beberapa negara yang menyepakati BCSA dengan Indonesia antara lain adalah China dan Australia.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016