Yogyakarta (ANTARA News) - Rektorat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menilai aksi unjukrasa mahasiswa yang dilakukan pada Jumat untuk mengkritisi proses pemilihan rektor, sudah melampaui batas. Diminta komentar tentang aksi itu, Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr Chairil Anwar mengatakan tindakan para mahasiswa dalam aksi unjukrasa tersebut sudah melampai batas dan tidak berbudaya. Aksi yang dinilai melampaui batas itu antara lain mahasiswa memblokir jalan keluar mobil yang ditumpangi Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Prof Dr Amien Rais, dan mengejar tokoh tersebut agar memberikan klarifikasi tentang jajak pendapat calon rektor yang diselenggarakan MWA. Menurut Chairil, semua usaha sudah dilakukan untuk mengakomodasi suara mahasiswa melalui dialog dan tindakan persuasif. Suara mahasiswa sudah diakomodasi lewat MWA. Ia mengatakan, tuntutan mahasiswa agar pemilihan rektor dilakukan secara langsung jelas tidak dapat dipenuhi karena Peraturan Pemerintah (PP) 153 tahun 2000 tentang BHMN (Badan Hukum Milik Negara) dan AD/ART tidak mencantumkan aturan pemilihan rektor secara langsung . Karena itu, kata dia, pihaknya menilai mahasiswa justru tidak bersikap demokratis dalam menyampaikan aspirasi mereka dan cenderung bersifat anarkis kepada orang yang seharusnya dianggap sebagai orang tua mereka. Aksi unjukrasa itu dilakukan sekitar 150 mahasiswa gabungan BEM KM seluruh fakultas UGM. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007