Tokyo (ANTARA News) - Para Menteri Keuangan dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) plus Jepang, China dan Korea Selatan akan berada di Kyoto, Sabtu mendatang, guna membicarakan berbagai langkah meningkatkan kerjasama finansial, termasuk peluncuran kesepakatan 'currency swap' multilateral. Selama pertemuan sehari di ibukota Jepang kuno itu, para menteri keuangan ASEAN plus Jepang, China dan Korea Selatan diperkirakan akan menyepakati skema dana yang dihimpun dari cadangan luar negeri mereka sebagai bagian dari upaya merubah jaringan regional 'currency swap' regional saat ini senilai hampir 80 miliar dolar menjadi kerangka kerja multilateral, para pejabat Jepang mengatakan, seperti ditulis Kyodo. Kesepakatan `currency swap` bilateral saat ini, dikenal sebagai 'Chiang Mai Initiative' telah diperkenalkan pada 2000 dalam upaya mencegah terulangnya kembali krisis finansial Asia pada 1997-1998. Berdasarkan inisiatif tersebut, bank-bank sentral dari negara-negara peserta diijinkan untuk 'swap foreign exchange reserve' guna mengatasi serangan spekulasi pada mata-mata uang mereka. Sebanyak 13 negara sepakat pada Mei 2006 pada pertemuan para menteri keuangan di Hyderabad, India, untuk membentuk gugus tugas guna melakukan studi kelayakan perbaikan jaringan `currency swap` bilateral saat ini menjadi suatu kerangka kerja multilateral untuk memberikan perlindungan lebih baik pertumbuhan cepat ekonomi Asia dari kemungkinan pergolakan mata uang, kata para pejabat itu. Pertemuan itu dijadwalkan di adakan di sela-sela pertemuan tahunan dua hari Bank Pembangunan Asia (ADB) yang dimulai Minggu mendatang. Para Menteri Keuangan dari 13 negara Asia kemungkinan juga akan membicarakan berbagai langkah untuk melakukan efisiensi dan pasar-pasar obligasi di Asia lebih likuid, dengan maksud mendorong pengaliran simpanan di sektor-sektor swasta memasuki pasar. Kelompok ASEAN terdiri atas Indonesia, Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007