Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Pemimpin Hamas, Khaled Meshaal memperingatkan Israel akan menghadapi pemberontakan Palestina baru jika kondisi-kondisi di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki tidak diperbaiki. Meshaal mengatakan kepada harian Palestina `al-Ayyam` dalam wawancara yang diterbitkan Senin, bahwa berlanjutnya embargo ekonomi Barat terhadap pemerintah Palestina dan aksi-aksi militer Israel terhadap Palestina dapat `memberikan ledakan yang besar yang tidak hanya berdampak terhadap bangsa Palestina, tapi juga kawasan di sekitarnya, terutama masyarakat Zionist.` "Saya peringatkan dan katakan, bahwa saya melihat situasi akhir-akhir ini mengarah langsung kepada kondisi-kondisi yang pernah terjadi pada akhir tahun 1990-an ... yang memuluskan jalan bagi perjuangan intifada al-Aqsa," kata Meshaal. Kelompok Islamist Hamas bulan lalu membentuk pemerintah kesatuan dengan presiden Mahmoud Abbas dari Faksi Fatah, dengan tujuan untuk mengakhiri konflik internal dan menyingkirkan embargo ekonomi. Tetapi ketegangan-ketegangan antara Hamas dan Fatah masih tinggi, terutama di Jalur Gaza, dan larangan Barat mengenai bantuan langsung kepada pemerintah Palestina masih berlangsung. Sayap militer gerakan Hamas yang berkuasa pekan lalu memecahkan gencatan senjata Gaza yang sudah berlangsung lima bulan, dengan menembakkan roket-roketnya ke Israel dalam rangka membalas pembunuhan sembilan warga Palestina yang dilakukan oleh tentara Israel. Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert Ahad mengatakan bahwa Israel akan mengambil tindakan-tindakan untuk menghentikan penembakan roket yang dilakukan militan Palestina dari Jalur Gaza, atau upaya-upaya untuk menerobos ke negara Yahudi itu. Meshaal membela dengan menyatakan, penembakan roket-roket itu adalah untuk membalas tentara Israel yang membunuh orang-orang Palestina, tetapi juga mengatakan kepada al-Ayyam, bahwa dia berharap gencatan senjata hendaknya diperluas dari Gaza sampai Tepi Barat yang dicaplok Israel. Sementara itu negara-negara kuat Barat mengenakan sanksi-sanksi kepada pemerintah Palestina setelah kelompok Hamas tampil berkuasa pada Maret 2006, setelah Abbas mengalahkan faksi Fatah dalam pemilihan parlemen. Meshaal, yang mengadakan pembicaraan dengan Abbas di Kairo Jum`at, telah mengecam negara-negara Arab atas lambannya mewujudkan komitmen memberi bantuan keuangan kepada bangsa Palestina.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007