Magelang (ANTARA News) - Posisi kubah lava di puncak Gunung Merapi hasil erupsi tahun 2006 makin tergerus sehingga semakin lama keadaannya dikhawatirkan menggantung dan rawan jatuh. "Kubah 2006 semakin `gripis` (tergerus,red), dikhawatirkan lama-lama menggantung dan jatuh seperti peristiwa tahun 1994, menimbulkan awan panas," kata Petugas Pos Pengamatan Merapi di Ngepos, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang Sugiyoto. di Magelang, Senin. Ia menjelaskan, status aktivitas Gunung Merapi saat ini masih "Waspada Merapi" atau setingkat lebih tinggi dari "Aktif Normal Merapi". Status tertinggi Merapi "Awas Merapi". Hingga saat ini, katanya, masih terjadi pertumbuhan kubah meskipun relatif sangat sedikit setiap harinya. Gempa guguran, katanya, setiap hari rata-rata sebanyak 50 kali atau kategori sedang. Saat Merapi berstatus "Awas Merapi" pada pertengahan tahun 2006 lalu gempa guguran setiap hari lebih dari seratus kali. "Gempa guguran itu terjadi karena masih adanya aktivitas dari dalam," katanya. Guguran material dari puncak Merapi hingga saat ini mengarah ke Kali Gendol di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta dan sebagian lainnya ke Kali Woro, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. "Kalau ke Kali Putih tidak ada, Magelang relatif aman," katanya. Ia mengatakan, beberapa hari terakhir tidak terjadi hujan di kawasan puncak Merapi yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta itu. Hingga saat ini masih terjadi luncuran awan panas ke arah Kaliurang, Sleman dengan jarak luncur paling jauh sekitar 600 meter dari puncak Merapi. "Awan panas itu menyertai guguran material, tapi dari Pos Ngepos tidak tampak," kata Sugiyoto.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007