Jakarta (ANTARA News) - Kontrak pembangunan Bendungan Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dengan kontraktor China Sinohydro Coop. Ltd dengan nilai kontrak Rp2,2 triliun (239,5 juta dolar AS). "Setelah ditandangani kontrak pekerjaan maka fisik pekerjaan dapat dimulai dua bulan ke depan, 2012 rampung, serta 2013 diharapkan dapat beroperasi," kata Dirjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum (PU), Siswoko, di Jakarta, Senin, usai penandatangan kontrak. Menurut Siswoko, pembangunan bendungan Jatigede seharusnya bersamaan dengan Kedungombo dan Batutegi, namun keterbatasan dana akhirnya Jatigede baru dibiayai saat ini melalui pembiayaan pemerintah China. Dalam pembangunan Bendungan Jatigede kontraktor Cina tidak bekerja sendirian, namun bekerjasama konsorsium kontraktor Indonesia (CIC) terdiri dari PT Wijaya Karya, PT Hutama Karya, PT Waskita Karya, dan PT PP, ujarnya. Dalam pembangunan bendungan ini tahap awal akan dibangun terowongan pengelak, penutup dam untuk memindahkan air, barulah dibuat bendungan. Saat ini masih tahap pembebasan lahan, serta yang dibangun baru akses jalan masuk ke lokasi dan kantor proyek, jelasnya. Bendungan dengan berbagai manfaat (multipurpose dam) tersebut nantinya juga dilengkapi pembangkit listrik (PLTA) dengan kapasitas 110 Mega Watt yang pembangunannya diserahkan kepada PT PLN. Pembangunan bendungan yang dikerjakan kontraktor Cina ditujukan bagi pengadaan air baku untuk air minum dan juga untuk irigasi 90.000 hektar sawah di Indramayu Jawa Barat yang selama ini dilayani Sungai Cimanuk. Selama ini, Sungai Cimanuk tidak mampu mengairi sawah saat kemarau karena Bendung Rentang hanya mampu menampung 4 meter kubik selama kemarau. Keberadaan Waduk Jatigede akan sangat membantu disaat kemarau, jelasnya. Seiring pembangunan konstruksi Bendungan Jatigede, Siswoko mengatakan, akan memperbaiki daerah tangkapan air (catchment area) melalui Gerakan Nasional Kemitraaan Penyelamatan Air (GNKPA). "Tujuannya agar kelangsungan bendung tetap terjalin, agar tidak bernasib sama dengan bendungan lain yang mengalami sedimentasi akibat daerah hulunya rusak," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007