New York (ANTARA News) - Kontingen Garuda XXIII-A di Lebanon membentuk satu kompi pasukan anti huru-hara berkekuatan 150 prajurit untuk bertugas melindungi keselataman 850 personel TNI, jika terjadi kekacauan seiring dengan rencana pembentukan pengadilan internasional bagi kasus pembunuhan mantan PM Lebanon, Rafik Hariri. "Kita sudah siapkan satu kompi huru-hara lengkap dengan peralatannya dan sekitar 100 hingga 150 personel. Kompi ini tugasnya hanya untuk melindungi pasukan kita dan aset peralatan, jangan sampai jadi sasaran amukan massa kalau ada pergolakan politik. Ya jadi barikade lah," kata Penasehat Militer pada Perwakilan Tetap RI untuk PBB di New York, Laksamana Pertama TNI I Putu Adnyana, kepada ANTARA, Senin (Selasa WIB) tentang hasil kunjungannya ke Lebanon. Putu dan puluhan perwakilan negara penyumbang pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) baru-baru ini melakukan kunjungan satu minggu untuk memeriksa pasukan UN Interim Force in Lebanon dan menjalankan berbagai strategi, termasuk pembentukan pasukan anti huru-hara. Dalam kesempatan mengunjungi markas pasukan Indonesia, ujar Putu, dirinya menyampaikan permintaan soal pembentukan pasukan tersebut kepada komandan Kontingen Garuda, Kol. Inf. Surawahadi. "Sudah siap, masing-masing kontingen sudah siap," kata Putu. Ketika menjawab pertanyaan ANTARA, Putu tidak memberikan rincian tentang personel kompi, namun menurutnya bisa jadi prajurit di bawah regu yang dipimpin Letnan Satu Agus Harimurti -- putera sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono -- juga akan dikerahkan menjadi personel tim barikade. Putu memaparkan pembentukan pasukan anti huru-hara didasarkan atas permintaan Departemen Penjaga Perdamaian PBB (DPKO) agar setiap kontingen, termasuk Indonesia, menyiapkan pasukan sebagai antisipasi terhadap situasi terakhir yang berkembang di Lebanon. Lebanon kemungkinan dalam waktu dekat akan membentuk pengadilan -- banyak pihak yang memperkirakannya sebagai pengadilan internasional -- untuk menangani kasus pembunuhan Rafik Hariri. Baru-baru ini Sekjen PBB, Ban Ki-moon, mengutus penasehat bidang hukum, Nicolas Michel, ke Lebanon untuk membantu parlemen Lebanon yang sedang mengupayakan kesepakatan bagi pembentukan pengadilan bagi kasus Hariri. Rafik Hariri terbunuh bersama 22 orang lainnya dalam pemboman mobil di salah satu pusat kota di Beirut pada Februari 2005. Jika terbentuk, pengadilan tersebut akan menentukan apakah pembunuhan lainnya bermotif politik sejak Oktober 2004 yang berkaitan dengan pembunuhan terhadap Hariri juga akan disidangkan. Daerah Rawan Sebagai bagian dari UNIFIL, pasukan Kontingen Garuda Kontingen Garuda XXIII-A di Lebanon ditempatkan di Sektor Timur Garis Biru (wilayah netral yang ditentukan PBB), satu sektor dengan kontingen batalion India, Nepal, dan Spanyol. Di sektor tersebut, pasukan Indonesia tersebar di tiga titik wilayah, yaitu markas batalion Indonesia serta tiga kompi berada di Adhsit al Qusayr, satu kompi di El Adeisse UN-963 dan satu kompi lainnya di UN 8-33 atau disebut juga Posisi PBB di Syeh Abbad Tomb. Posisi pasukan Indonesia di titik UN 8-33 berbatasan langsung dengan menara pengawasan Israel. Pagar pembantas antara wilayah Lebanon dan Israel di daerah itu dipancang membelah pusara Syeh Abbad. "Batasnya persis (di tengah-tengah makam Syeh Abbad, red). Ini (karena) diakui sebagai kuburan nabi orang-orang Lebanon dan orang-orang Israel, sehingga kuburannya dibagi dua," kata Putu. Wilayah Makam Syeh Abbad merupakan salah satu dari beberapa daerah yang rawan konflik. Pasukan Indonesia sendiri pernah menghadapi insiden ditangkapnya seorang pemuda Lebanon oleh militer Israel pada awal Februari 2007 karena yang bersangkutan melintasi pagar tersebut. "Padahal sebelumnya sudah diingatkan oleh pasukan kita supaya tidak mendekat ke batas pagar. Tapi pemuda itu ditangkap oleh angkatan bersenjata Israel, walaupun beberapa saat kemudian diserahkan ke Markas Besar UNIFIL," papar Putu. Menurut pernyataan yang diterimanya dari berbagai pihak, kata Putu, pasukan Indonesia mendapat pujian, karena dalam menangani kasus tersebut tidak terpancing menggunakan kekuatan. "Pasukan kita tidak terpancing untuk melakukan itu, sehingga tidak terjadi hal-hal yang menggemparkan dunia, balas-balasan yang bisa memperkeruh situasi," ujarnya. Menurut mandat Panglima TNI, Kontingen Garuda XXIII-A pimpinan Kol. Inf. Surawahadi akan menjalankan tugas di Lebanon hingga Desember 2007. Secara keseluruhan, untuk mendukung UNIFIL, Indonesia mengirimkan 850 personel lapangan serta tujuh anggota staf, yang terdiri dari lima perwira dan dua bintara. (*)

Copyright © ANTARA 2007