Kupang (ANTARA News) - Bupati Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ayub Titu Eki menyatakan, wilayah Kecamatan Amfoang Utara terisolir dari akses transportasi darat maupun laut akibat cuaca buruk.

"Akses transportasi darat ke Amfoang Utara putus total. Semua kendaran umum berhenti beroperasi karena kondisi jalan berlumpur. Selain itu ratusan sungai di wilayah pegunungan Amfoang juga meluap akibat tingginya curah hujan dipegunungan Timau dan Amfoang," kata Ayub Titu Eki kepada wartawan di Kupang, Minggu.

Bupati Ayub Titu Eki, mengatakan, kondisi jalan ke wilayah itu sangat memrihatinkan karena melintasi hutan serta sungai yang rawan banjir dan longsor, menyebabkan akses transportasi darat dari Oelamasi, pusat pemerintahan Kabupaten Kupang ke wilayah Amfoang Utara putus total ketika musim hujan.

Saat musim hujan seperti ini menurut dia, wilayah Amfoang Utara menjadi terisolir menyebabkan harga kebutuhan pokok di daerah melambung.

Bupati Ayub Titu Eki mengatakan, transportasi laut seharusnya menjadi jalur alternatif ketika musim hujan, namun akibat cuaca buruk di perairan NTT yang memicu terjadinya gelombang tinggi di perairan Naikliu-Sulamu hingga perairan Kota Kupang menyebabkan akses transportasi laut ke ke Amfoang Utara putus total.

"Belum ada kapal laut secara rutin ke Amfoang Utara. Masyarakat di wilayah itu selalu memanfaatkan kapal motor (KM) milik nelayan untuk mengangkut hasil bumi ke Kupang. Namun dalam kondisi cuaca buruk seperti ini semua kapal nelayan berhenti melaut,"tegasnya.

Ia mengatakan, kondisi seperti ini sudah puluhan tahun dialami warga Amfoang Utara yang belum bisa diatasi pemerintah Kabupaten Kupang karena membutuhkan anggaran yang besar.

Bupati Kupang berharap, persoalan transportasi di daerah ini dapat diatasi pemerintah pusat, karena anggaran yang dimiliki pemerintah Kabupaten Kupang maupun provinsi NTT untuk membangun jalan raya serta ratusan jembatan ke daerah itu sangat terbatas.

"Biaya untuk membangun jalan dan jembatan menuju Naikliu sebagai wilayah perbatasan dengan Timor Leste itu bisa mencapai triliunan rupiah," ujarnya.

Pewarta: Bennidiktus Jahang
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017