Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penguatan konsumsi rumah tangga masih menjadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi nasional 5,02 persen pada 2016.

"Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menguat dan tumbuh positif," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Suhariyanto menjelaskan peningkatan konsumsi rumah tangga hingga tumbuh 5,01 persen tersebut didukung oleh kinerja positif di sektor transportasi dan komunikasi serta kelompok restoran dan hotel.

"Salah satu penyebab perbaikan kinerja di sektor transportasi dan komunikasi karena penjualan mobil penumpang yang tumbuh tinggi," ujarnya.

Selain itu, kata Suhariyanto, kinerja perekonomian didukung oleh konsumsi lembaga non-profit melayani rumah tangga yang ikut tumbuh tinggi sebesar 6,62 persen, sepanjang 2016.

"Konsumsi ini didukung oleh meningkatnya kegiatan ormas dan parpol untuk persiapan maupun kampanye pilkada serentak serta peningkatan kegiatan organisasi bantuan kemanusiaan," katanya.

Suhariyanto mengatakan kinerja perekonomian juga didukung oleh pembentukan modal tetap bruto, yang tumbuh 4,48 persen. Sektor investasi ini sedikit melambat, namun ikut memberikan kontribusi kepada perekonomian nasional.

"Pertumbuhan barang modal jenis kendaraan dan peralatan lainnya yang tinggi terkoreksi oleh kontraksi barang modal jenis mesin dan perlengkapan serta kontraksi belanja modal pemerintah untuk bangunan maupun infrastruktur," kata Suhariyanto.

Meski demikian, tambah dia, kinerja konsumsi pemerintah justru terkontraksi pada 2016, dan hanya tercatat negatif 0,15 persen, karena adanya penurunan belanja bantuan sosial.

Sektor ekspor juga mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 1,74 persen, meski berkinerja positif pada triwulan IV-2016. Ekspor barang migas maupun nonmigas masih terkontraksi, namun ekspor jasa terbantu oleh meningkatnya jumlah wisatawan.

"Impor juga masih terkontraksi tumbuh negatif 2,27 persen, karena turunnya impor bahan baku dan bahan penolong seiring dengan perlambatan industri manufaktur," katanya.

Secara keseluruhan, sektor konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi terbesar dalam PDB yaitu mencapai 56,5 persen, diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto 32,57 persen dan ekspor 19,08 persen

BPS juga mencatat dari sisi produksi, sektor pertambangan dan penggalian tumbuh positif sepanjang 2016, karena adanya peningkatan total produksi pertambangan migas dan peningkatan produksi batu bara.

Sektor lainnya yang tumbuh pada 2016 adalah pengadaan listrik dan gas sebagai dampak penambahan kapasitas pembangkit listrik, perdagangan sejalan dengan peningkatan produksi domestik serta transportasi dan pergudangan karena adanya penambahan jumlah armada serta rute perjalanan dan frekuensi penerbangan.

"Sektor jasa keuangan juga meningkat sebagai dampak pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga jasa perantara keuangan serta pertumbuhan pendapatan operasional lembaga pembiayaan," katanya.

Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada 2016 mencapai 5,02 persen, setelah ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 4,94 persen.

Menurut Suhariyanto, pencapaian pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2015 yang tercatat sebesar 4,88 persen dan pada 2014 sebesar 5,01 persen.

"Grafik pertumbuhan menurun pada 2015, tapi sekarang sudah menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan. Kita harapkan pertumbuhan di 2017 akan semakin kuat," ujarnya.

Perekonomian Indonesia pada 2016 diukur berdasarkan PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp12.406,8 triliun dengan PDB per kapita mencapai Rp47,96 juta atau 3.605,1 dolar AS.

Secara spasial, struktur ekonomi pada 2016 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,49 persen, diikuti Sumatera 22,03 persen dan Kalimantan 7,85 persen.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017