Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menginginkan berbagai pihak terkait dapat benar-benar mengembangkan komoditas mutiara yang merupakan aset kekayaan bangsa tetapi selama ini pihak asing yang kerap mengambil keuntungan dari mutiara produksi nasional.

"Kita produsen mutiara air laut yang terbesar di dunia," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto dalam acara diskusi tentang mutiara di Jakarta, Selasa.

Yugi menegaskan, hal tersebut terindikasi dari perhitungan Jewelry News Asia (JNA) dan telah dikonfirmasi Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), dalam kurun waktu 2013-2015, Indonesia telah menghasilkan 5,4 - 7,5 ton mutiara.

Menurut dia, mutiara merupakan aset kekayaan bangsa yang harus dilestarikan dan ditingkatkan nilai tambahnya.

Waketum Kadin mengingatkan, mutiara produksi nasional banyak yang setelah diekspor lalu diolah oleh berbagai pihak seperti dari trader Jepang yang lalu mengirimkannya kembali ke berbagai negara dan perusahaan merek global.

Untuk itu, ujar dia, berbagai pihak terkait juga perlu memikirkan cara agar Indonesia dapat memperkuat posisi daya tawarnya, misalnya dengan menggunakan indeks penilaian terhadap kualitas mutiara yang telah distandardisasi.

Jangan sampai, ucap Yugi, mutiara yang berasal asli dari Indonesia diakui oleh negara lainnya.

Dia mengingatkan bahwa dalam periode 2010-2015, nilai harga "South Sea Pearl" (SSP) atau mutiara laut selatan dari Indonesia meningkat hingga 80 persen.

Pembicara lainnya, Ketua Hubungan AntarKelembagaan Asbumi Raditya Poernomo mengungkapkan, Indonesia telah lama diprediksi bakal menjadi produsen SSP terbesar pada abad ke-21.

Sementara itu, Ketua Subdirektorat Perbenihan Ikan Laut KKP Rokhmad M Rofiq memaparkan, mutiara SSP yang genetiknya paling bagus adalah yang berasal dari Indonesia, umumnya dari kawasan Timur.

"Kita produsen terbesar SSP, tetapi kita terkadang terlena," kata Rofiq.

Sedangkan praktisi pembudidaya mutiara, Yustinus Mario Tenggara mengakui bahwa posisi daya tawar Indonesia terhadap komoditas mutiara sangat kecil karena umumnya dikuasai pedagang dari Jepang.

Yustinus mengungkapkan, pedagangan mutiara dari Jepang menikmati keistimewaan karena telah lama dikenal sebagai sumber terpercaya untuk mutiara karena lamanya sejarah mereka dalam bidang perdagangan mutiara, meski asal mutiara itu dapat berasal dari mana saja.

Untuk itu, ujar dia, sangat penting untuk mendapatkan daya tawar yang lebih baik dengan cara antara lain mengembangkan merek dagang sendiri, sejarah, budaya, dan gambaran yang komplit dan komprehensif mengenai permata nasional yang dimiliki Indonesia.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017