Jakarta (ANTARA News) - Kerugian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus menurun dari Rp6,6 triliun tahun 2005 menjadi Rp2,2 triliun tahun 2006 dan ditargetkan tahun 2007 angkanya bisa tekan mencapai dibawah Rp1triliun. "Kerugian BUMN akan terus ditekan dengan berbagai upaya sehingga pada tahun 2009 sudah tidak ada lagi BUMN yang merugi," ujar Meneg BUMN Sugiharto di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan saat ini masih ada sekitar 20 BUMN yang merugi dari total 139 BUMN, dengan total kerugian pada 2006 mencapai Rp2,2 triliun. Jumlah tersebut diakuinya turun dibandingkan tahun 2005 yang total kerugian mencapai Rp6,6 triliun dari 31 BUMN. "Kecenderungan kerugian BUMN saat ini terus menurun, harapan saya 2009 tidak ada lagi (BUMN) yang rugi. Kalau dia (BUMN) masih prediksi mendingan kita tutup, kita likuidasi," ujarnya. Ia mencontohkan dari 20 BUMN yang rugi tersebut, misalnya PT Pengerukan Indonesia (Rukindo) akan diintegrasi dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). "Sekarang dalam proses integrasi, sehingga dia (Rukindo) akan hilang," katanya. Sebanyak 20 BUMN yang masih merugi pada tahun 2006 adalah PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Kertas Leces, PT Krakatau Steel, PT PAL, PT Perkebunan Nusantara I, PT Pengerukan Indonesia, PT IGLAS, dan PT Balai Pustaka. Selain itu juga PT Dok Kodja Bahari, PT Perkebunan Nusantara II, PT Industri Sandang Nusantara, PT Brantas Abipraya, PT Perikanan Nusantara, PT Pekebunan Nusantara XIV, PT Inhutani I, PT Boma Bisma Indra, PT Amarta Karya, dan PT INKA. Sugiharto memproyeksikan sejumlah BUMN yang masih merugi pada tahun 2006, akan sudah mengalami keuntungan tahun ini pada 2007 antara lain PT PLN dan PT Garuda Indonesia. "Saya kira PLN dalam RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) 2007 harus sudah untung. Garuda, pada kuartal pertama 2007 sudah untung sekitar Rp113 miliar. Sedangkan PT Merpati Nusantara meskipun ada kasus litigasi, saya perkirakan masih rugi tapi ruginya akan sangat kecil sekali," ujarnya. Pada 2006 kerugian PT PLN mencapai sekitar Rp1,08 triliun turun dibandingkan tahun 2005 sebesar Rp4,9triliun. Sedangkan Garuda Indonesia kerugiannya turun dari Rp560,6 miliar pada 2005 menjadi Rp191 triliun pada 2006.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007