New York (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat dalam Laporan Tahunan soal Terorisme 2006 menilai Indonesia mencapai cukup kemajuan dalam menangani masalah teror, antara lain melalui keberhasilan Polri mendobrak sel-sel serta menangkap para teroris yang terkait dengan kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Dalam peluncuran Laporan Tahunan Terorisme yang biasanya dilakukan pada 30 April, Wakil Direktur Pusat Kontra-terorisme Nasional AS, Russ Travers, di Washington DC mengatakan Indonesia tidak lagi mengalami serangan teroris yang serius. "Indonesia, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun tidak mengalami serangan besar. Kami mencatat (sebelumnya) serangan terjadi setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir hingga tahun kemarin (2005)," kata Travers. Kendati demikian, AS melihat mata rantai organisasi Islam garis keras, termasuk JI dan jaringannya, masih menjadi ancaman keamanan serius bagi target Barat maupun target dalam negeri di Indonesia, walaupun belum ada insiden besar teroris anti-Barat yang terjadi. Situasi keamanan di wilayah Maluku mengalami kemajuan, artinya tidak ada kekacauan besar yang berkaitan dengan kekerasan dengan latar belakang agama. Di Sulawesi Tengah, tempat berlangsungnya serangan teroris pada 2005 yang menewaskan sejumlah warga, Polri dicatat telah mengindentifikasi dan menahan sejumlah teroris kelompok JI dalam kasus pemenggalan kepala beberapa pelajar serta kasus-kasus lainnya yang belum terkuak. Dalam bagian lain laporannya, AS memusatkan perhatian pada 'kebiasaan' Indonesia yang kerap memberikan pengurangan (remisi) masa tahanan kepada narapidana. Remisi tersebut otomatis 'memberikan keuntungan bagi para teroris yang menjalani hukuman'. AS menunjuk kepada kasus pembebasan Ustadz Abu Bakar Ba`asyir -- disebut Washington sebagai pimpinan JI -- yang dibebaskan dari penjara pada Juni 2006 setelah pada 2005 dijatuhi hukuman penjara 30 bulan atas keterlibatannya melakukan 'konspirasi jahat' dalam kasus pemboman Bali tahun 2002. Pada Desember 2006 Mahkamah Agung kemudian mengabulkan PK Ba`asyir, yang berarti Ba`asyir dinyatakan tidak terlibat dalam peristiwa pemboman Bali tahun 2002 dan Hotel JW Marriott di Jakarta. Dalam laporannya, AS juga mencatat ada sejumlah tokoh JI yang tidak begitu terkenal serta Rusman `Gun-gun` Gunawan yang bebas dari penjara. Gun-gun adalah adik Ridwan Isamudin alias Hambali, warga negara Indonesia yang disebut AS sebagai pemimpin operasi JI serta penghubung JI dengan Al Qaeda dari tahun 2000 hingga saat ia akhirnya tertangkap pada 2003 dan sejak itu ditahan AS. Sejak September 2006, Hambali dipindahkan ke penjara dengan pengawasan super ketat di Pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo, Kuba. Dalam memerangi praktek pencucian uang, AS menganggap upaya Indonesia masih belum mencukupi. Kendati Polri membekukan aset-aset keuangan teroris, Indonesia dalam pelaksanaannya mengalami koordinasi lemah di antara lembaga terkait maupun dalam hal kemampuan manusia dan teknik, baik di kalangan pemerintahan maupuan lembaga keuangan. Upaya memerangi teroris juga dilihat masih terhalang oleh hukum beserta penegakannya yang masih lemah, masalah koordinasi, serta korupsi yang dilakukan secara sistematis sehingga membatasi sumber daya pemerintahan. (*)

Copyright © ANTARA 2007