Palu (ANTARA News) - Dari 16 desa di Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang diterjang banjir bandang pertengahan April lalu, empat desa diantaranya hingga Kamis masih terendam setinggi dua meter. Keempat desa yang masih terendam itu adalah Bunta, Onepute Jaya, Sampalowo dan Togo Trans. Bernard Kalaena, warga yang tinggal tidak jauh dari desa yang masih terendam itu mengatakan, hingga kini warga empat desa itu masih bertahan di lokasi pengungsian yang disediakan pemerintah daerah. Ia juga mengatakan, untuk melintasi jalan di empat desa itu yang merupakan akses menuju jalan provinsi, masyarakat dari desa lain masih menggunakan rakit. "Kondisi ini sudah berlangsung hampir sebulan terakhir," kata dia. Bahkan, katanya, kegiatan belajar siswa di empat desa tersebut hingga saat ini masih diliburkan, sebab semua sekolah dan pemukiman penduduk masih terendam. Banjir yang melanda Kecamatan Petasia disebabkan meluapnya Sungai La`a akibat tingginya curah hujan di bagian hulu. Desa Bunta, Onepute Jaya, Sampalowo, dan Togo Trans yang sebagian besarnya dihuni warga eks trasmigran itu membentang di pinggiran Sungai La`a, sehingga seringkali menjadi langganan banjir. Camat Petasia, Abdul Kadir, yang dihubungi per telepon membenarkan bahwa empat desa di wilayah kerjanya yaitu Bunta, Onepute Jaya, Sampalowo, dan Togo Trans hingga kini masih teredam air. "Tapi banjir dari hari ke hari mulai surut, dan sudah ada sebagian warga kembali ke desanya masing-masing," katanya. Kadir berharap instansi teknis di tingkat Provinsi Sulteng dan Kabupaten Morowali segera membangunkan tanggul pengaman di bibir Sungai La`a (sekitar lokasi banjir), sebab desa-desa yang sering dilanda bencana alam tersebut selain dihuni ribuan kepala keluarga, juga merupakan sentra produksi beras di Kabupaten Morowali. Banjir bandang yang menerjang Kecamatan Petasia, juga mengakibatkan lebih 600 hektar areal sawah produktif gagal panen dan lebih 200 hektar kebun kakao petani terancam mati.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007