Kabul (ANTARA News) - Mantan perdana menteri Mujahidin yang sekarang anggota parlemen ditembak tewas di ibukota Afghanistan, Kabul, dan serangan bom pinggir jalan di kota yang sama Kamis menewaskan seorang dan melukai 22 orang lainnya. Abdul Saboor Farid, anggota Majelis Tinggi Parlemen Afghan dari provinsi Kapisa itu, tewas ditembak di depan rumahnya di bagian utara kota Kabul, Rabu malam, kata Zemaria Bashary, jurubicara kementerian dalam negeri seperti dikutip DPA. Farid ditembak beberapa kali dari mobil model Corolla yang sedang melaju di Khairkhana, pada saat dia hendak memasuki rumahnya. Tidak ada kelompok yang segera menyatakan bertanggungjawab atas pembunuhan itu, yang kini sedang diselidiki oleh polisi. Farid sebelumnya mempunyai hubungan dekat dengan ketua Mujahidin, Gulbuddin Hekmatyar, yang saat ini memimpin satu kelompok pemberontak yang menentang pemerintah dukungan Amerika Serikat bersama dengan para pejuang Taliban, pernah menjadi perdana menteri selama pemerintahan Mujahidin pada tahun 1992, ketika Afghanistan memasuki perang sipil berdarah. Sementara itu, sedikitnya seorang tewas dan 14 lainnya luka-luka, termasuk tujuh petugas militer cedera ketika sebuah bom yang disembunyikan di sebuah gerobak penjual buah-buahan dan diledakkan dengan `remote control` meledak, kata kepala bagian penelitian kepolisian Kabul kepada DPA di tempat kejadian ledakan. Serangan itu terjadi di Taimany, bagian utara dari kota Kabul, ketika tentara sedang berangkat menuju tempat kerjanya, katanya. "Sopir bus tersebut tewas sedangkan tujuh petugas militer dan tujuh warga sipil yang menumpang sebuah mobil van menderita luka-luka, kata Paktiawal, seraya menambahkan bahwa orang yang cedera itu segera diangkut ke rumahsakit. Kendatipun demikian, Kementerian Pertahanan mengatakan dalam satu pernyataannya, bahwa 19 prajurit militer dan tiga warga sipil cedera dalam ledakan yang dilakukan oleh `musuh Afghanistan`, satu ungkapan pemerintah dalam menyebut pemberontak Taliban. Kawasan itu segera dijaga ketat oleh polisi, militer dan tentara NATO. Polisi memeriksa sekitar kendaraan militer yang rusak berat itu. Kedua kendaraan, baik bus militer maupun van segera dipindahkan ke pinggir jalan, sedangkan gerobak yang di dalamnya disembunyikan bom yang meledak, hancur berkeping-keping. "Kami sedang mengendarai bus ketika tiba-tiba terjadi satu ledakan. Saya tak tahu apa yang terjadi," kata Niaz Mohammad, seorang pekerja Kementerian Pertahanan, yang mengalami luka-luka ringan. "Beberapa rekan saya meninggal dan mengalami luka-luka," tambahnya. "Ada sebuah lobang besar dan asap serta serpihan sampah yang bertebaran di tempat itu," kata Ali Nazar, seorang saksi mata. Ia menambahkan, bahwa dia melihat beberapa orang yang menderita cedera gawat yang kemudian diusung ke rumahsakit.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007